Senin 09 Jul 2012 11:11 WIB

Kehampaan Ideologi di Mahasiswa Suburkan Radikalisme

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Dewi Mardiani
Aksi Mahasiswa (ilustrasi)
Foto: Republika
Aksi Mahasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) menjelaskan sejumlah strategi bagi mahasiswa memerangi radikalisme. PBNU menilai kehidupan mahasiswa menyisakan celah yang cukup lebar untuk perkembangan radikalisme.

Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Imdadun Rahmat, menyatakan kehidupan mahasiswa belakangan ini kental dengan gaya hidup dan tidak ideologis. Kondisi ini dinilainya mengakibatkan mahasiswa mengalami kehampaan ideologi. "Ketika ada seseorang atau sekelompok orang datang mempresentasikan ideologi radikalisme maka akan mudah diterima," jelasnya, di Jakarta, Senin (9/7).

Mahasiswa seperti itu, dinilainya, berlatarbelakang mengikuti gaya hidup atau belum pernah mendapatkan penjelasan mengenai ideologi dunia. Kelompok radikal akhirnya memanfaatkan kondisi itu. "Ini tidak boleh terjadi. Kita harus turun tangan," jelasnya.

Imdad juga menegaskan bahwa gerakan mahasiswa Kaum Nahdiyin harus kembali kepada gerakan kultural kaum. “Mahasiswa dan kaum muda nahdliyin harus berperan nyata dimasyarakat. Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) terutama, harus menghidupkan kembali tradisi-tradisi kaum nahdliyin, seperti mengajari baca alquran, bahasa arab, fikih, tauhid, dan lain-lain," jelasnya.

Imdad mengatakan bahwa gerakan mahasiswa sudah saatnya kembali pada tradisi-tradisi yang berwawasan idelogi dan religi. Gerakan Mahasiswa harus mulai berperan nyata dimasyarakat, tidak sekedar memiliki wawasan intelektual saja tetapi sisi religiusnya juga harus diperkuat.

"Harus kembali pada tradisi-tradisi orang tua kita yaitu tradisi ahlussunah wal jamaah. Karena dengan nilai-nilai itu kita dapat membentengi diri dari perilaku-perilaku yang menimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai ahlussunah," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement