Selasa 12 Jun 2012 17:00 WIB

Inilah Lima Pejuang Kesejahteraan Indonesia

Djuhhari Witjaksono - Seniman Bahari
Foto: danamon
Djuhhari Witjaksono - Seniman Bahari

REPUBLIKA.CO.ID, Dewan Juri Danamon Award telah mengumumkan lima peraih Danamon Award 2012. Kelima peraih telah melewati proses seleksi yang ketat melalui empat kriteria penilaian yaitu motivation (motivasi), outcome (hasil), outreach (jangkauan), dan sustainability (keberlangsungan).

Tahun ini, Panitia Danamon Award menerima sebanyak 302 proposal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dewan Juri melakukan dua kali tahap penyeleksian yaitu dari sebanyak 302 proposal menjadi 15 finalis dan penjurian tahap kedua menyeleksi dari 15 finalis menjadi 5 peraih Danamon Award 2012.

Kelima peraih Danamon Award 2012 ini berasal dari daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat, dengan ragam kegiatan meliputi pertanian, pemberdayaan sosial dan lingkungan hidup, kesenian, dan online marketing.

Danamon Award tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke-6 kalinya. Seperti pada tahun lalu, Panitia Danamon Award kembali akan mengundang publik untuk memilih satu peraih Danamon Award 2012 terfavorit melalui voting online, SMS, dan jejaring sosial yaitu Facebook.

Voting dimulai dari 9 Juni sampai dengan 8 Juli 2012 dan bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh profil kelima peraih Danamon Award 2012 dapat mengakses http://www.danamonaward.org. Sedangkan untuk dukungan suara dapat dilakukan melalui SMS ke nomor 9123 dengan format DA(spasi)nomor peraih pilihan Anda(#)Kota_Pemilih. Contoh: ketik “DA 1#Jakarta” untuk memilih peraih nomor satu. Satu nomor ponsel hanya dapat untuk memilih satu kali dengan tarif Rp500/SMS.

Ketua Panitia Pelaksana Danamon Award 2012, Zsa Zsa Yusharyahya mengatakan, “Sejalan dengan visi Danamon yaitu kita peduli dan membantu jutaan orang untuk mencapai kesejahteraan, kami mendukung individu-individu yang memliliki semangat tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup dirinya, masyarakat sekitar dan lingkungannya. Mereka patut dikenal oleh masyarakat luas sehingga kisah perjuangan mereka dapat menjadi inspirasi bagi khalayak. Sekarang saatnya kita berikan dukungan melalui voting untuk memilih satu peraih favorit Danamon Award 2012 pilihan masyarakat.”

Dalam penyelenggaraan Danamon Award 2012, Danamon menjalin kerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP), suatu organisasi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang bergerak dalam bidang pembangunan.

“Dengan terlibatnya suatu lembaga internasional seperti UNDP, pencapaian luar biasa para peraih Danamon Award 2012 akan lebih dikenal oleh masyarakat, tidak hanya di Indonesia, namun juga secara internasional,” tambah Zsa Zsa Yusharyahya.

Inilah kelima peraih Danamon Award 2012 dilengkapi dengan kode SMS untuk memilih:

  • Bambang Parianom “Penyelamat Lingkungan” (Kode SMS: DA 1)

Banjir bandang yang melanda Batu, Malang, pada 2 Februari 2004 membuat Bambang Parianom (57 tahun) berinisiatif melakukan reboisasi hutan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tahun 2005, ia mendirikan Yayasan PUSAKA  untuk menggalang bantuan dana bagi petani binaan yang terlibat dalam penghijauan. Yayasan ini juga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan usaha produktif dalam pelestarian alam yang melibatkan partisipasi masyarakat.

Usahanya diawali dengan menanami pohon bambu di pinggiran hulu sungai Brantas, dilanjutkan dengan penanaman apel dan jambu merah di sepanjang aliran sungai tersebut. Yayasan ini membagikan bibit jambu merah dan apel secara gratis kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat bisa dibimbing untuk menghargai sumber-sumber mata air sekaligus berperan aktif menjaga daerah bantaran sungai agar tidak longsor.

Saat ini Yayasan PUSAKA telah menjalin kemitraan dengan berbagai kalangan yang peduli dengan lingkungan. Kini total lahan yang digarap PUSAKA mencapai kurang lebih 100 hektar.

  • Djuhhari Witjaksono, “Seniman Bahari” (Kode SMS: DA 2)

Kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan melalui kerajinan miniatur kapal. Hal inilah yang dibuktikan Djuhhari Witjaksono (82 tahun), warga, Mojokerto, Jawa Timur. Dengan belajar secara otodidak sejak tahun1980-an ia mampu membuat beragam perahu miniatur tradisional Nusantara.

Salah satu karya monumentalnya adalah miniatur perahu Majapahit yang ia buat pada tahun 1991. Hasil karyanya ini ternyata menarik minat banyak orang. Djuhhari, yang akrab dipanggil Abah, menjual karya-karyanya dengan harga antara ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Omzet-nya kini mencapai Rp 30 juta per bulan.

Sejak awal menekuni bidang ini Abah memotivasi masyarakat setempat untuk ikut terlibat karena yakin dengan potensi bisnis yang dikembangkannya. Ia menularkan keahliannya kepada generasi muda dengan terjun langsung mengajari cara membuat miniatur kapal tradisional. Hasilnya, banyak warga setempat menekuni usaha yang sama, sehingga Desa Blooto dan Dusun Bangsal, Mojokerto, terkenal sebagai salah satu sentra perajin miniatur kapal.

  • Habibie Afsyah, “Suhu Internet Marketer” (Kode SMS: DA 3)

Habibie Afsyah yang lahir di Jakarta, 6 Januari 1988, tumbuh dengan keterbatasan fisik. Sejak bayi, Habibie didiagnosis mengidap penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker yang merusak saraf motorik di otak kecilnya. Penyakit itu membuat tubuh Habibie tak bisa berkembang sempurna.

Keterbatasan fisik dan gerak itu tak membuat Habibie patah semangat. Ia belajar seluk beluk marketing di dunia maya, aktivitas bisnis yang tak terlalu banyak menyita gerak fisik. Hasilnya luar biasa. Dari aktivitas mempromosikan produk yang dijual online, ia mampu memiliki pendapatan hingga ribuan dollar (USD) per bulan.

Melalui Yayasan Habibie Afsyah, pemuda yang gemar bermain games online ini getol mengampanyekan forum Be Your Self. Melalui forum tersebut, kepiawaiannya sebagai seorang internet marketer ia tularkan ke sesama penyandang disabilitas di Indonesia. Tidak hanya itu, Habibie juga mengajak masyarakat luas untuk menggali potensi dan mengembangkan diri agar mandiri.

  • Joharipin, “Pemberdaya Petani” (Kode SMS: DA 4)

Joharipin (37 tahun) terlahir dari keluarga petani di Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Indramayu. Pria yang akrab disapa Mas Jo ini awalnya merasa prihatin dengan harga benih yang mahal, juga pupuk yang seringkali langka. Belum lagi kesulitan modal yang seringkali memaksa dia dan petani lainnya harus rela berhutang pada tengkulak.

Dalam upayanya untuk menekan harga benih yang mahal, ia berhasil menemukan benih unggul padi Bongong yang merupakan hasil silangan benih padi kebo dan benih padi longong.

Awalnya, Mas Jo hanya berbagi kepada 30 orang yang mau mengikutinya menanam padi dari benih lokal. Tapi sekarang sudah ribuan petani yang minta benih dari dia, karena benih padi Bongong ternyata menghasilkan panen lebih tinggi. Panen padi mereka yang sebelumnya menghasilkan hingga sampai 7 ton, dengan  benih Bongong panen bisa mencapai 10 ton

Benih padi Bongong kini ditanam secara luas mulai dari Aceh, Kalimantan Barat, Kudus dan Lumajang sehingga ikut meningkatkan penghasilan para petani.

  • Lale Alon Sari, “Srikandi Tenun” (Kode SMS: DA 5)

Kemiskinan masih melekat pada kaum perempuan di Desa Batu Jai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tak hanya itu, layanan kesehatan juga belum memadai dan tingkat pendidikan masyarakatnya terbatas.

Mulai tahun 1987, Lale Alon Sari (45 tahun) turun ke dusun-dusun memotivasi kaum perempuan agar bersama-sama keluar dari kondisi yang ada melalui Aliansi Peduli Perempuan Kembang Komak (AP2K). Lale memilih pemberdayaan melalui keterampilan menenun yang dikuasai perempuan setempat secara turun-temurun. Ia memberikan pelatihan, membuka akses terhadap bahan baku dan mengembangkan pemasaran dengan membangun artshop yang menjual hasil tenun.

Ia juga membentuk Koperasi Wanita “Stagen” untuk solusi permodalan. Koperasi ini memberikan jasa simpan pinjam kepada calon anggota dan anggota kelompok tenun. Kini masyarakat bisa hidup lebih sejahtera dan 60 kelompok perempuan penenun di Desa Batu Jai dengan 600 anggotanya bisa lebih mandiri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement