REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal Mei lalu Badan Narkotika Nasional (BNN) menyita hampir 1,5 juta butir ineks yang nilainya tidak kurang dari Rp 400 miliar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Polda Metro Jaya tidak lama kemudian mengamankan barang bukti 351 Kg sabu senilai tidak kurang dari Rp 700 miliar.
Baru-baru ini, Direktorat Narkoba dan Kejahatan Terorganisir Bareskrim Polri juga mengungkap gudang ratusan kilogram sabu siap edar beserta 350 karung lebih prekursor berupa soda api.
Ditemukannya beragam jenis narkoba itu menurut anggota Komisi Hukum DPR, Achmad Basarah membuat reputasi Indonesia di mata internasional semakin hancur. Indonesia semakin diposisikan sejajar dengan negara-negara produsen narkoba.
Mereka adalah negara-negara yang menjadi sarang kejahatan narkoba yang bukan sekedar mengedarkan, tapi juga mempengaruhi kebijakan politik. "Kalau dibiarkan terus, kita akan seperti mereka. Hancur negara ini nantinya," papar Basarah yang juga Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP ini.
Pihaknya lalu berharap semua elemen berpartisi aktif memberantas kejahatan ini. Pencegahan harus berada di garda terdepan agar narkoba tidak masuk ke keluarga.
Aparat bertindak untuk memberantas dan menindak sindikat narkoba. Aparat juga harus melakukan rehabilitasi pecandu narkoba. "Narkoba harus dituntaskan secara komprehensif," jelasnya.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Gories Mere mengatakan, semangat perlawanan terhadap jaringan sindikat narkoba dimanapun adanya berasal dari semua komponen bangsa.
Hal ini sudah termuat dalam Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN) 2011-2015 yang tertuang di Inpres 12/2011.
Presiden menginstruksikan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk memimpin pelaksanaan Jakstranas itu sejak setahun lalu. "Kita tidak tinggal diam. Akan kita musnahkan jaringan narkoba," imbuhnya.