REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR, Kemal Azis Stamboel, menilai adanya kemunduran secara konsisten dalam pengelolaan sektor migas nasional. Penilaian itu, kata dia, terkait asumsi target lifting minyak 910-940 ribu barel per hari pada 2013.
"Dalam beberapa tahun terakhir target pencapaian lifting minyak selalu tidak mampu memenuhi target yang telah ditetapkan, sehingga penentuan target sebesar 910-940 ribu barel per hari pada APBN 2013 juga dikhawatirkan tidak akan mampu dicapai," ujarnya,Jumat (25/5).
Menurut dia, permasalahan mendasar seperti sumur tua, rendahnya investasi, dan hubungan kelembagaan antar pengelola dan pemerintah selalu menjadi lingkaran jebakan yang tidak terselesaikan hingga saat ini.
Terkait asumsi harga minyak, di mana pemerintah menentukan pada rentang 100-120 dolar AS per barel, dia melihat cukup realistis dengan mempertimbangkan dinamika harga minyak dunia saat ini dan tren ke depan.
Karenanya ia mendesak pemerintah untuk melakukan terobosan baru untuk dapat mencapai target ini. Pemerintah perlu mengatasi permasalahan klasik, seperti unplanned shutdown, kerusakan fasilitas produksi, tumpang tindih dan lambatnya pembebasan lahan, serta laju penurunan produksi alamiah.
Tak hanya itu, kata dia, pemerintah juga harus membenahi iklim investasi di sektor hulu secara progresif serta meningkatkan upaya eksplorasi ladang baru terutama melalui kegiatan survei umum, termasuk dengan mengevaluasi secara serius BP Migas dan amandemen UU No 22 Tahun 2001. Selain itu, harus ada pencepatan rencana pengembangan lapangan baru maupun lapangan idle, dan penambahan fasilitas produksi, sehingga dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.
Di samping itu, pihaknya juga mendesak audit atas lifting yang sahih dan dikontrol secara ketat melalui real-time monitoring agar ada antisipasi atas kegagalan pemenuhan target. Pihaknya juga meminta pemerintah untuk lebih transparan mengungkap biaya (Cost Recovery) yang angkanya terus meningkat secara tajam.