Jumat 11 May 2012 20:01 WIB

Enam Kantong Jenazah Diterbangkan ke Halim

  Keluarga korban penumpang pesawat Sukhoi Superjet 100 di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, Jumat (11/5).
Foto: Prayogi/republika
Keluarga korban penumpang pesawat Sukhoi Superjet 100 di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, Jumat (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Enam kantong jenazah yang saat ini sudah berada di landasan heli di Puncak 1 atau di ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut (mdpl) Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, rencananya akan langsung diterbangkan ke Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Enam kantong jenazah itu bakal dibawa menggunakan heli angkut tipe MI 71 milik TNI AD.

Danrem 061 Badak Putih, Kolonel Inf AM Putranto, di Posko 1 Cipelang, menyatakan, saat ini sudah ada 12 kantong mayat, enam kantong di antaranya masih berada di dasar jurang dan enam sudah ada di landasan pacu.

"Kami belum tahu jumlah korbannya, tapi ada di dalam 12 kantong," katanya, Jumat (11/5).

Saat ini, kata Putranto, yang dipikirkan untuk dilakukan yakni menarik enam kantong itu ke atas. Tim evakuasi dari Mapala Universitas Indonesia (UI) dan Marinir, Jumat pagi menemukan serpihan daging yang diduga korban pesawat Sukhoi Superjet 100. Serpihan daging itu ditemukan di tebing lokasi jatuhnya pesawat tersebut di ketinggian 2.096 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

Salah seorang anggota Mapala UI, yang ikut dalam tim evakuasi, Ridwan Hakim, di Jakarta, Jumat mengaku dirinya menemukan tubuh jenazah korban Sukhoi sudah tercerai-berai. Ia menemukan serpihan daging di tebing yang berjarak sekitar 10 meter dari jalur pencarian antara Puncak 1 dan Puncak 2 sekitar pukul 10.15 WIB.

"Kami menemukan serpihan daging itu di 'slab' di pinggiran tebing, untuk turun ke temuan itu harus menggunakan teknik rappeling," katanya.

Kondisi serpihan daging itu seperti terbakar dan diperkirakan pesawat itu meledak yang dapat dilihat dari kondisi pohon dan dedaunannya yang hangus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement