REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – Bencana pergerakan tanah makin mengancam ribuan rumah warga di Kecamatan Gegerbitung (Gerbi), Kabupaten Sukabumi. Pasalnya, setiap hari terjadi longsor yang menyebabkan tempat tinggal warga terancam.
Berdasarkan data dari Kecamatan Gegerbitung, longsor terjadi di tiga desa, yaitu Desa Cijurey, Ciengang, dan Sukamanah. Ketiga desa ini berada tepat di sekitar tebing atau perbukitan Suradita.
"Saat ini statusnya menjadi waspada," kata Camat Gegerbitung, Nuraeni, kepada wartawan di sela-sela acara simulasi penanganan bencana di Lapangan Pasir Kuda, Desa Cijurey, Kamis (26/4).
Potensi longsor meningkat karena labilnya tebing Suradita. Kondisi ini, ujar Nuraeni, menyebabkan tempat tinggal warga yang berada di sekitar tebing menjadi terancam.
Dari pantauan di lapangan, tebing Suradita mempunyai ketinggian sekitar 200 meter. Kawasan yang rawan terkena longsor memanjang hingga 1.500 meter. Nuraeni mengungkapkan, dari data yang dihimpun menyebutkan ada ribuan rumah warga yang terancam longsor.
Di Desa Cijurey saja misalnya, terdapat sekitar 1.584 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terancam. Rinciannya sebanyak 750 KK di Kadusunan Cisayang dan sisanya di Kadusunan Cipariuk.
Menurut Nuraeni, aparat kecamatan telah berupaya menyiapkan langkah penanganan bencana. Contohnya dengan menyiapkan lahan pengungsian dan jalur evakuasi. Tempat pengungsian disiapkan di tiga tempat, yakni Lapangan Pasir Kuda, Sekolah Dasar (SD) Cijurey, dan Balai Desa Cijurey.
Kepala Desa Cijurey, Roni Mamahit menerangkan, gejala longsor sudah terjadi sejak setahun yang lalu dan masih berlangsung hingga sekarang. Bahkan, sejumlah areal pertanian warga rusak akibat terkena material batu yang berjatuhan ke bawah.
Beruntung belum ada korban jiwa yang timbul akibat kejadian itu. Longsor juga menyebabkan air di sekitar tempat tinggal warga keruh karena terkena material yang jatuh.