Selasa 17 Apr 2012 06:28 WIB

BMKG Catat Ratusan Gempa Susulan Pasca Gempa Aceh Pekan Lalu

Rep: Fenny Melisa/ Red: Hazliansyah
Gempa bumi (ilustrasi)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Gempa bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sedikitnya  108 gempa susulan yang akan terjadi pasca gempa Aceh pada (11/4). Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG, Wandono, Jumat (13/4).

“Setiap gempa akan ada gempa susulan namun dengan skala yang lebih kecil dari gempa pertama,” ujar Wandono.

Wandono mengatakan dua gempa dengan skala besar yang terjadi di Aceh pada pekan lalu terdeteksi melalui jaringan monitor pendeteksi gempa (seismic ) yang dimiliki BMKG. “Dalam waktu dua menit kami sudah menerima data dari seismometer, akan tetapi data yang masuk masih sedikit. Setelah data yang masuk semakin banyak, kurang lagi dari lima menit kami langsung mengumumkan kepada publik ada gempa,” ujar Wandono.

Wandono mengatakan seismometer (alat pendeteksi gempa) di Indonesia tersebar 160 titik di seluruh Indonesia. Titik lokasi yang menjadi tempat seismometer adalah daerah yang jauh dari gangguan aktivitas manusia. “Sehingga seismometer hanya mencatat gelombang yang berasal  dari gempa saja,” ujar Wandono.

Wandono menjelaskan jika gempa terjadi diatas  5 SR maka gempa akan dipublikasikan kepada publik dan intitusi terkait. “Dan jika gempa terjadi  di laut dengan  kekuatan diatas 7 SR dan kedalaman pusat gempa kurang dari 100 km maka gempa yang diinformasikan kepada publik adalah gempa dengan potensi tsunami,” kata Wandono.

Wandono mengatakan potensi tsunami pada suatu gempa didapatkan dari alat  Decission Suport System (DSS). Dari DSS akan memberikan perkiraan potensi tsunaminya seperti apa, juga dapat diketahui daerah yang terkena dampak  gempa dengan status waspada, siaga,  atau awas. “Status potensi tsunami  di suatu daerah berbeda-beda tergantung pada tingkat ancaman. Status waspada jika potensi terjadi tsunami kurang dari 50 cm, status waspada jika potensi terjadi tsunami  50 cm hingga 3 meter, dan status awas jika potensi tsunami lebih dari 3 meter,” ujar Wandono. Informasi dari DSS kemudian akan diteruskan ke instansi terkait seperti Pemda,BNPB, Polri, dst. 

Wandono mengatakan tsunami yang terjadi akibat gempa di Aceh pekan lalu tidak sebesar tsunami pada tahun 2004 dikarenakan deformasi sesar (perubahan patahan didasar laut yang terjadi secara tiba-tiba) pada sumber gempa bergerak secara horizontal tidak vertikal seperti  yang terjadi pada 2004 lalu. “Tsunami tetap terjadi hanya tidak sebesar 2004 lalu,” ujar Wandono.

Wandono mengatakan berdasarkan  record dari  tidegauge (alat pemantau naik turunnya gelombang laut)  yang terpasang di beberapa daerah,  pada gempa Aceh pekan lalu, tsunami terjadi di wilayah Sabang setinggi 20 cm, Meulaboh  80 cm, dan Nias setinggi satu meter,” kata Wandono.

Wandono juga menjelaskan pantai barat Sumatra merupakan wilayah yang sering terjadi gempa dikarenakan wilayah tersebut merupakan batas pertemuan lempeng tektonik antara Indo Australia dan lempeng Eurasia juga merupakan daerah sesar (patahan). Pergerakan kedua lempeng  tersebut saling mendekati (konvergensi) sehingga gempa sering terjadi di wilayah tersebut. Selain barat Sumatra, selatan Jawa, Laut Banda, dan utara Irian merupakan wilayah yang juga rawan gempa karena dilalui dua lempeng tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement