REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pekerjaan memintal benang sutera untuk bahan pembuatan kain songket khas daerah, sebagai usaha tambahan penghasilan keluarga, kata Ny Mala (26) warga Kelurahan Tuan Kentang Palembang, kemarin. Menurut dia, setiap hari memintal sedikitnya lima gelondong benang sutera dengan upah Rp 2.500 per gulung, lumayan untuk tambahan penghasilan keluarga.
Ia mengatakan, memintal benang sutera menjadi kegiatan setelah beres mengurus keluarga, seperti memasak dan mencuci untuk menambah penghasilan suami yang hanya bekerja sebagai buruh angkut di pasar. Benang-benang sutera berwarna dasar krem tersebut disusun dengan perlahan dan digulung, membutuhkan ketelitian khusus, sehingga rapi. Setelah itu, kata dia, benang bisa langsung diwarnai untuk kemudian ditenun menjadi kain songket khas Palembang.
Dia menjelaskan, memintal benang sutera memang rumit tetapi kalau sudah terbiasa bisa cepat, sehingga setiap hari paling tidak lima gelondongan atau gulungan dihasilkan. Pendapatan dari memintal benang ini juga tidak besar, tetapi paling tidak Rp 10 ribu dapat digunakan untuk membeli keperluan dapur kebutuhan pangan keluarga, ujar dia.
Dia mengaku, sejak empat tahun ini menjadi buruh memintal benang sutera dan bahan bakunya diambil dari perajin tenun lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya. "Memintal benang sutera menjadi pilihan mendapatkan uang tambahan untuk keluarga, karena tidak perlu ke luar rumah dan tetap bisa menjaga anak-anak," kata Mala menambahkan.
Sementara di Kota Palembang pada era tahun 1970-an, usaha pengrajin tenun songket, termasuk pekerjaan memintal benang sutra ini cukup banyak berkembang di kota tersebut. Namun, sekarang hanya tinggal sedikit, seperti di kawasan Kelurahan 15 Ulu, 3-4 Ulu Laut dan Kelurahan Tanggabuntung.