Senin 09 Apr 2012 19:14 WIB

Alhamdulillah, 400 Naskah Kuno Kerajaan Melayu Diselamatkan

Naskah Kuno
Naskah Kuno

REPUBLIKA.CO.ID,  TANJUNGPINANG -- Raja Malik, budayawan Provinsi Kepulauan Riau, yang pernah meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia dari pemerintah pusat berhasil menyelamatkan sebanyak 400 naskah kuno peninggalan kerajaan Melayu.

"Naskah kuno itu disimpan di Kantor Yayasan Kebudayaan Indra Sakti di Pulau Penyengat, Tanjungpinang," kata Raja Malik, di Tanjungpinang, Senin.

Naskah kuno itu berisi tentang sastra, adat istiadat, ajaran Islam, pengobatan tradisional, bahasa dan sejarah Melayu. Naskah kuno itu perlu diselamatkan karena sebagai bukti sejarah kejayaan kerajaan Melayu pada masa silam.

Sebagian naskah kuno yang tidak berhasil diselamatkan telah dijual oleh ahli warisnya dan juga beberapa warga kepada kolektor asal Malaysia. Penjualan naskah kuno itu disebabkan ahli waris atau warga yang memilikinya merasa tidak mendapat uang jika menyimpannya atau diserahkan kepada yayasan di Pulau Penyengat.

"Penjualan naskah kuno itu disebabkan kurangnya perhatian pemerintah untuk menyelamatkan naskah kuno tersebut. Harga naskah kuno yang dijual kepada kolektor asal Malaysia itu bervariasi," katanya.

Namun tidak semua ahli waris yang menjual naskah kuno tersebut. Beberapa ahli waris secara ikhlas menyerahkan naskah kuno disimpannya sebagai berpuluh-puluh tahun kepada Yayasan Kebudayaan Indra Sakti untuk dirawat.

"Ada pula beberapa naskah kuno yang berhasil kami beli dari ahli waris. Tetapi kemampuan kami sangat terbatas untuk membelinya secara keseluruhan," ungkapnya.

Raja Malik mengaku telah memiliki data pemilik naskah kuno di Pulau Penyengat yang belum diserahkan ke yayasan. Naskah kuno kerajaan Melayu juga tersebar di Lingga, Karimun dan Natuna.

"Pemerintah seharusnya mendukung kegiatan pengumpulan dan pelestarian naskah kuno dengan mendata naskah kuno yang berada di Lingga, Karimun dan Natuna. Kami berharap pemerintah turut serta mengamankan naskah kuno itu dari kerusakan," katanya.

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement