REPUBLIKA.CO.ID, Harga pangan global naik pada Maret 2012, dalam tiga bulan berturut-turut kenaikan terjadi pada harga biji-bijian dan minyak nabati. Kenaikan harga pangan dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dunia.
Harga pangan mencapai rekor tertinggi pada bulan Februari 2011, dan memicu protes yang menghubungkannya dengan kerusuhan di sejumlah negara seperti Arab, Afrika Utara, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Harga pangan sempat turun, tetapi mulai naik lagi pada bulan Januari 2012 lalu.
Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), indeks yang mengukur perubahan harga bulanan untuk paket makanan seperti sereal, minyak sayur, daging susu, dan gula, rata-rata 215,9 poin pada Maret. Angka ini naik dari rata-rata sebelumnya sebesar 215,4 poin pada bulan Februari. Indeks harga sereal pada bulan Maret rata-rata 227 poin, naik jika dibandingkan bulan Februari. Harga jagung menunjukkan angka menguntungkan karena rendahnya persediaan dan kuatnya kedelai di pasaran.
"Dalam waktu dekat harga bahan pangan akan terus mengalami kenaikan," kata Analis Gandum dan Ekonom Senior FAO Abdolreza Abbassian, seperti dilansir Reuters, Kamis (5/4).
FAO juga menegaskan perkiraan sebelumnya untuk output gandum dunia turun 1,4 persen, dari rekor panen tahun lalu sebesar 690 juta metrik ton (760.590.000 ton) pada tahun 2012. Harga minyak yang tinggi telah menambah kekhawatiran inflasi sejak awal tahun ini. Harga bahan pangan untuk konsumen di 17 negara naik 2,6 persen pada Maret ini dari tahun lalu.
"Indeks harga pangan memiliki korelasi yang sangat tinggi dengan harga minyak, dan jika harga minyak naik akan sulit bagi harga pangan untuk tidak ikut naik," kata Nick Higgins, Analis Komoditas di Rabobank International.
Sebab harga energi mempengaruhi produksi pupuk, serta biaya yang berkaitan dengan distribusi makanan dan penggunaan mesin pertanian. FAO menegaskan akan menempatkan permasalahan inflasi makanan dalam agenda ekonomi.