REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Target trafficking mengalami pergeseran. Awalnya, daerah pedesaan dan kantung kemiskinan menjadi sasaran pelaku trafficking. Namun, beberapa tahun ini masyarakat yang tinggal di kota besar menjadi sasaran baru tindak kejahatan perdagangan manusia tersebut.
"Dari kasus yang kami tangani sepanjang 2011 sampai 2012 korban kebanyakan berasal dari kota besar," ujar Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Netty Heryawan, usai acara di Pakuan, Bandung, Rabu (4/4).
Netty mengatakan, masyarakat kota besar yang menjadi korban trafficking tersebut kebanyakan berasal dari Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Memang, kata dia, harus ada penelitian mengapa pelaku trafficking senang mencari korban di kota besar. "Ini menarik untuk dilihat fenomenanya dan diteliti," imbuh Netty.
Netty menduga, bisa saja terjadi migrasi dari daerah lain ke Kota dan Kabupaten Bandung, sehingga pelaku trafficking langsung mencari korbannya ke kedua kota ini. Alasan lainnya, sambung Netty, telah terjadi perubahan nilai, gaya hidup konsumtif, dan biaya hidup yang tinggi di kota besar yang mendorong masyarakat mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Korban trafficking ini, menurut Netty, pada umumnya di bawa ke dalam dan luar negeri. Bahkan, Bali menjadi tempat tujuan baru korban trafficking asal Jabar. "Polanya memang tak bisa ditebak," kata Netty. Hanya, untuk memproses kasus ini, sering menghadapi kendala, yaitu sulitnya mendapatkan korban, saksi, dan TKP.