REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat di Kota Cirebon sudah dilanda kesulitan. Hal tersebut menyusul sulitnya mendapatkan gas Elpiji ukuran tiga kilogram. Jika pun ada, harganya lebih mahal dibandingkan biasanya.
"(kesulitan mendapatkan Elpiji ukuran tiga kilogram) sudah sejak seminggu terakhir," ujar salah seorang warga RT 01 RW 05, Kelurahan/Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Yati, Rabu (28/3).
Ia mengungkapkan, sejak Rabu (28/3) pagi sudah berkeliling ke berbagai kios yang biasa menjual gas Elpiji tiga kilogram di daerahnya. Namun, para pemilik kios itu mengaku kehabisan stok gas Elpiji. Begitu pula dengan agen gas Elpiji tiga kilogram yang ada di sekitar rumahnya. "Saya sampai pusing mencari kemana-mana," tutur perempuan yang juga berprofesi sebagai penjual beraneka makanan gorengan itu.
Padahal, kata Yati, gas Elpiji sangat dibutuhkan untuk menggoreng makanan yang akan dijualnya. Jika tidak ada gas Elpiji, maka secara otomatis dia tidak bisa mendapat penghasilan dari berjualan makanan gorengan. Yati mengaku baru mendapatkan gas Elpiji tiga kilogram di daerah Cangkring. Namun, itu pun diperolehnya saat hari sudah siang.
Hal senada diungkapkan seorang tukang bakso keliling, Kasmin. Dia menjelaskan, sudah mendatangi empat kios untuk mencari gas Elpiji tiga kilogram. Namun, jawaban dari para pemilik kios itu sama. "Mereka semua bilang gas habis," tuturnya.
Kasmin mengaku, baru mendapatkan gas Elpiji tiga kilogram saat mendatangi kios kelima. Namun, harga gas Elpiji itu lebih mahal, yakni Rp 19.000. Padahal, biasanya harga gas Elpiji hanya Rp 15.000.
Salah seorang ibu rumah tangga, Desi, juga mengaku mengalami hal serupa. Dia pun kesal dengan kondisi tersebut. Pasalnya, sebagai ibu rumah tangga, selama ini dia selalu memasak menggunakan kompor gas Elpiji ukuran tiga kilogram. "Cukup berat jika harus beralih ke kompor gas berukuran tabung 12 kilogram, karena harga tabung gas Elpiji ukuran 12 kilogram lebih mahal," ujarnya.