REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Sekitar 2.000 buruh dari SPSI, SBSI 1992 dan Serikat Pekerja Nasional (SPN) melakukan unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan Gerbang Kantor Gubernur Jabar atau Gedung Sate Kota Bandung, Selasa (27/3).
Massa buruh berdatangan sejak pukul 09.00 WIB dengan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan bus dan minibus.
Ketiga elemen buruh itu menggelar aksi orasi dan gelar poster dan spanduk yang isinya menolak kenaikan harga BBM serta menuntut peningkatan kesejahteraan buruh.
KSPSI, SBSI 1992 dan SPN yang tergabung dalam Forum Solidaritas Pekerja dan Buruh Jawa Barat itu mendesak anggota DPRD Jawa Barat untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan membuat surat resmi dan menghubungi fraksi-fraksi di DPR untuk menilak permintaan pemerintah menaikan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL).
"Kami mendesak wakil rakyat untuk bicara, larang pemerintah menaikan harga BBM pada sidang paripurna DPR pada 29 Maret 2012," kata Nana Suhana dari DPC KSPSI Kota Bandung.
Aksi buruh itu lebih besar dibandingkan dengan aksi-aksi sebelumnya. Buruh mengancam akan terus melakukan aksi sampai ada keputusan pemerintah yang mengurungkan kenaikan harga BBM.
Para pengunjuk rasa melakukan aksi orasi yang ditujukan kepada anggota DPRD Jawa Barat dan Gubernur Jawa Barat untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah.
Massa memblokir Jalan Diponegoro Kota Bandung mulai dari Jalan Sentot Alibasyah hingga ke pertigaan Jalan Cimandiri Kota Bandung.
Sementara itu sekitar 200 anggota kepolisian memagar betis pintu gerbang Gedung Sate Bandung untuk mencegah masuk ke halaman Kantor Gubernur dan DPRD Jawa Baratn itu.
"Kami berharap DPR bisa memberikan masukan dan apirasi rakyat pada sidang paripurna yang akan menjadi jalan terakhir untuk menyatakan keberpihakan kepada rakyat," Adjat Sudradjat dari SBSI 1992.
Dalam aksi yang digelar di dekat kawasan Lapangan Gasibu Kota Bandung itu, massa buruh duduk bersimpuh dan menggelar doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang koordinator aksi. Hingga pukul 11.00 WIB, aksi buruh dari tiga elemen dan serikat buruh itu, masih berlangsung.