REPUBLIKA.CO.ID, CAKUNG – Sampai saat ini, tidak ditemukan kasus serius di Jakarta Timur mengenai serangan serangga ini.
"Tidak ditemukan kasus seperti di Jawa Timur," ujar Lamria Sovia, Staf Pengendali Orgnisme Penggangu Tumbuhan Laboratorium Balai Proteksi Tanaman DKI Jakarta kepada media saat sosialisasi tomcat di Kelompok Tani, Cakung, Jakarta Timur, senin (26/3).
Serangga tomcat atau dengan nama latin paederus sp sebenarnya tidak berbahaya, justru bermanfaat untuk petani. Hal ini dikarenakan tomcat merupakan jenis hewan predator. Tomcat pemakan hama tanaman seperti wereng di tumbuhan sayuran dan padi.
Serangga tomcat yang menjadi pembicaraan sekarang ini sebenarnya tidak berbahaya. "Serangga ini tidak berbahaya, tidak usah panik," tambah Sovia.
Sovia mengatakan, dalam rangka sosialisasi ini, Balai Proteksi Tanaman DKI Jakarta memberikan penyuluhan kepada petani agar tidak membunuh tomcat. Tomcat justru membantu mereka memusnahkan hama pada tanaman.
Dalam sosialisasi ini, petani juga diajarkan menangani tomcat agar tidak terkena racunnya. Bila menempel di badan, cukup disapu dengan kertas dan dibuang ke habitat asalnya. Tidak perlu ditepuk atau dibunuh karena racun akan keluar ketika ditepuk.
Tomcat dapat berkembang biak dengan cepat. Seekor tomcat mampu menghasilkan 24 telur setiap dibuahi. Usia tomcat ketika 21 hari sudah menjadi serangga dewasa. Tomcat dapat hidup selama kurang lebih 90 sampai 110 hari. Bila di rumah, tomcat senang hinggap di tempat yang terkena cahaya lampu.