Kamis 04 Jun 2015 22:15 WIB

Guru Besar IPB: Jangan Berlebihan Menyikapi Tomcat

Rep: C32/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang korban serangan serangga Tomcat, Susan (25) mengalami luka di bagian leher dan matanya di Rusun Daan Mogot, Jakarta Barat, Jumat (29/5).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang korban serangan serangga Tomcat, Susan (25) mengalami luka di bagian leher dan matanya di Rusun Daan Mogot, Jakarta Barat, Jumat (29/5). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan tomcat yang sempat ada di Rusun Daan Mogot lalu sempat membuat beberapa warga rusun tersebut terganggu. Bahkan diantara warga tersebut sudah ada yang menderita akibat racun tomcat yang mengenai kulit.

 

“Jangan berlebihan menyikapi adanya tomcat yang ada di permukiman warga,” kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Proteksi Tanaman, Aunu Rauf. Menurutnya, untuk menyikapi serangga atau kumbang tomcat tidak perlu panik

 

Menurutnya, tomcat bisa datang ke rumah atau permukiman padat penduduk bukan untuk menyerang manusia. karena, masih menurut Aunu, tomcat tidak menggigit seperti nyamuk atau menyengat seperti lebah.

 

Lebih lanjut ia menjelaskan, cairan tubuh tomcat memang mengandung racun yang disebut paderin. Racun tersebut menurut Aunu jika mengenai kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melupuh seperti terbakar.

 

“Tapi racun paderin ini tidak akan secara aktif kok disemprotkan oleh tomcat ke tubuh manusia. Hanya saja jika tomcat merasa terganggu, maka serangga tersebut akan mengeluarkan cairan racun tersebut,” jelas Tjandra.

 

Hanya saja, menurutnya jika serangga tersebut menempel pada kulit tubuh manusia kemudian serangga tersebut dipukul atau berusaha dimatikan maka cairan tersebut akan menempel ke kulit. Selanjutnya setelah 24 jam maka akan muncul gejala memerah hingga melepuh pada kulit manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement