REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan hidup, Greenpeace Indonesia terus mendapat 'serangan' dari berbagai kalangan.
Menurut Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia, Hikmat Soeriatanuwijaya, berbagai macam tudingan atau serangan semacam ini wajar terjadi karena Greenpeace baru saja meluncurkan bukti-bukti atau hasil penelitian perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan besar.
''Sebagai catatan, pada 1 Maret 2012 Greenpeace meluncurkan hasil investigasi yang dilakukan selama satu tahun, menunjukkan bukti-bukti tidak terbantahkan terhadap sebuah perusahaan besar yang melakukan pelanggaran tidak hanya terhadap regulasi Indonesia tetapi juga regulasi internasional (www.greenpeace.or.id/ramin),'' ujar Hikmat.
Sejak saat itu, kata dia, marak berbagai tudingan tidak berdasar terhadap Greenpeace. ''Tujuannya selain untuk menyudutkan kredibilitas Greenpeace, tentu salah satunya untuk mengalihkan atau menutupi isu perusakan lingkungan yang diungkap Greenpeace itu,'' ujar Hikmat.
Namun, kata dia, tudingan atau serangan itu tidak akan menghentikan upaya penyelamatan lingkungan yang dilakukan Greenpeace, karena selain tuduhan-tuduhan ini tidak benar, faktanya kerusakan hutan di Indonesia adalah masalah besar yang harus segera dihentikan.
''Berdasar data dari Dephut, 1,08 juta hektare hutan Indonesia hancur setiap tahunnya, berbagai media juga telah mengungkap betapa kesalahan tatakelola hutan merugikan dan merampas hak-hak masyarakat Indonesia, dan keuntungan perusakan lingkungan ini hanya dinikmati segelintir pihak,'' paparnya.
Selain itu, kata dia, sebenarnya sudah sangat jelas tujuan dan motif kampanye Greenpeace atau siapa yang 'menunggangi', karena Greenpeace secara konsisten menunjukkan kredibilitas perjuangannya selama 40 tahun hadir di dunia, dan selama enam tahun ada di Indonesia.
Menurut Hikmat, sebenarnya untuk mengetahui sepak terjang Greenpeace di seluruh dunia sangatlah mudah, seseorang hanya perlu mengakses situs www.greenpeace.org. Di situs itu, kata dia, bisa dilihat perjuangan-perjuangan Greenpeace di seluruh dunia, termasuk saat melawan perusakan lingkungan berhadap-hadapan dengan pemerintah Amerika Serikat, Jerman, Italia, Belanda, atau melakukan perlawanan terhadap korporasi-korporasi besar.
Sedangkan, lanjut dia, untuk mengetahui 'motif' dan tujuan kampanye Greenpeace di Indonesia juga sangat mudah, hanya perlu mengakses laman www.greenpeace.or.id. Di situs itu bisa dilihat selama enam tahun itu tujuan Greenpeace konsisten: menghentikan perusakan lingkungan (dengan fokus perusakan hutan) besar-besaran dan berupaya mewujudkan lingkungan Indonesia yang lebih lestari, berkelanjutan dan memperhatikan hak-hak masyarakat.
''Tuntutannya pun jelas: kepada pemerintah untuk mengimplementasikan regulasi yang mampu menjamin kelestarian lingkungan Indonesia, dan kepada dunia industri untuk menghentikan perilaku merusak lingkungan mereka dan beralih ke operasi yang lebih lestari dan bertanggung jawab,'' paparnya.
Hikmat menilai tudingan Greenpeace bisa ditunggangi oleh industri barat dan lain-lain jelas menggelikan. ''Karena Greenpeace yang demi independensinya punya satu nilai dasar yang selama 40 tahun ini selalu dipegang teguh: 'tidak bersedia menerima dana dari perusahaan atau pemerintahan mana pun','' papar Hikmat.
''Siapa yang 'menunggangi' Greenpeace pun sudah jelas: yakni idealisme untuk menyelamatkan lingkungan dari perusakan besar-besaran yang kini terjadi. Pendananya adalah para supporter individu yang sepakat dan ingin ikut berpartisipasi dalam perjuangan penyelamatan lingkungan ini, dimana di dunia kini sudah ada 3 juta supporter dan di Indonesia sekitar 30 ribu orang."