REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Serangan serangga tomcat atau kumbang rove semakin meluas di sejumlah daerah. Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (DPPPK) Kabupaten Cirebon memperoleh laporan adanya warga yang terserang tomcat di wilayah timur Kabupaten Cirebon.
Namun, Kepala DPPPK Kabupaten Cirebon, Ali Efendi menjelaskan, pihaknya sudah terjun langsung ke lokasi dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan. Alhasil, DPPPK berhasil menekan populasi serangga bernama latih Paederus fuscipes itu agar tidak menyerang warga 'Kota Udang' itu.
"Sementara ini populasinya masih bisa kami tekan," klaim Ali Efendi di Cirebon, Jumat (23/3). Ali menilai, serangan itu belum separah seperti yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur.
Ali menjelaskan, dalam dunia pertanian, tomcat sesungguhnya sangat menguntungkan petani. Pasalnya, serangga itu bersifat predator yang memangsa wereng dan hama penggerek batang pada tanaman padi.
Karena itu, lanjut Ali, kehadiran tomcat biasanya terjadi seiring dengan berlangsungnya masa panen padi. Yakni sekitar Maret sampai April. Jika panen telah berakhir, maka tomcat biasanya akan menghilang bersamaan dengan berkurangnya wereng maupun hama penggerek batang.
"Kehadiran tomcat berkaitan dengan keseimbangan alam," ujar Ali. Itu berarti, mengganasnya populasi tomcat yang menyerang warga disebabkan rusaknya keseimbangan alam.
Lebih lanjut Ali mengatakan, serangan tomcat juga berkaitan dengan pola hidup bersih masyarakat. Pasalnya, tomcat menyukai lingkungan yang kotor.
Diakuinya, petugas di lapangan sudah memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai maupun penanganannya. Jika memang diserang, maka antisipasi serangan tomcattomcat jangan langsung dibunuh.
"Cukup diusir saja. Karena kalau dibunuh, cairan yang keluar dari tubuhnya itulah yang berbahaya," tegas Ali.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Edy Sugiarto, meminta warga untuk mewaspadai serangan tomcat. Pasalnya, tomcat dapat membuat kulit mengalami iritasi dan gatal. "Tubuh yang terkena tomcat bisa diolesi dengan krim kortikosterid," terang Edy.