REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Saat ini banyaknya masyarakat Malaysia yang mengutamakan penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan cerdik pandai, diprediksi bisa menggerus bahasa Melayu sebagai bahasa ibu. Pakar bahasa dari Belanda, Profesor Win A. L Stokhof mengatakan, bahasa Melayu di Malaysia bisa punah jika masyarakat tidak lagi menghormati bahasanya sendiri.
"Bahasa itu bisa terancam lenyap jika masyarakat tidak lagi menghormati bahasanya sendiri ataupun mereka tidak menganggap bahasanya sebagai yang bisa menyatukan masyarakatnya serta malu atau tidak mau peduli dengan penggunaan bahasa yang betul," kata Prof. Win yang dimuat dalam sebuah koran terbitan Kuala Lumpur, Senin (19/3).
Prof. Win berpendapat, bila bahasa Melayu masih terus dilanda permasalahan seperti ini, lambat laun akan tergolong dalam bahasa-bahasa yang terancam walaupun pada awalnya banyak digunakan.
Hal itu disampaikannya dalam presentasinya bertema 'Beberapa Catatan Mengenai Bahasa Terancam di Pulau Alor dan Pantar, Indonesia' di Kampus Universiti Sains Malaysia (USM).
Dikatakannya, kebanyakan masyarakat Malaysia memilih menggunakan bahasa Inggris khususnya dalam acara resmi, meskipun masih banyak juga yang menggunakan bahasa Melayu dalam aktivitas sehari-hari.
Beberapa jenis bahasa kaum minoritas di Malaysia, kata Prof. Wim, juga akan lenyap jika tidak dipelihara seperti yang berlaku di negara-negara lain. Berdasarkan pengetahuannya, tidak ada satupun badan khusus di negara ini yang menfokuskan serta mendokumentasikan bahasa-bahasa kaum minoritas yang semakin merosot penggunaannya.
"Media boleh digunakan bagi mengembangkan strategi perlindungan dan pelestarian bahasa, penciptaan ejaan yang benar, penerbitan buku pelajaran untuk sekolah-sekolah dan lain-lain," ungkap dia.