Sabtu 25 Feb 2012 14:40 WIB

Keburu Ambruk Sebelum Digarap Mujianto, Korban Selamat Geram

tersangka pembunuhan berantai Mujianto dibawa petugas kepolisian
Foto: surabayapost
tersangka pembunuhan berantai Mujianto dibawa petugas kepolisian

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Salah seorang korban selamat dari aksi Mujianto (24) pelaku pembunuhan berantai asal Desa Jatikapur, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, mengaku geram. "Saya ini tidak kenal dan juga tidak pernah berhubungan dengannya, tapi dia tega melukai saya. Saya marah dengannya," kata Ahmad Musikan (47), korban selamat asal Dusun/Desa Ngreco, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, Sabtu (25/2).

Ia mengaku tidak pernah kenal dengan Mujianto. Sebelumnya, ia hanya berhubungan dengan seseorang yang mengaku bernama Hertanto, pemilik "showroom" di Kabupaten Nganjuk. Ia mengenalnya saat di Pasar Setonobetek, Kota Kediri.

Ia mengungkapkan, awal mula kejadian itu saat dirinya dimintai tolong temannya untuk mencarikan sepeda motor honda supra 125 dengan nomor polisi Nganjuk. Karena merasa mempunyai teman seorang pemilik "showroom", pria yang juga sebagai makelar ini akhirnya menghubungi Hertanto yang dikenalnya di Pasar Setonobetek, Kota Kediri tersebut. Ia berencana melihat koleksi barang yang dijual oleh Hertanto.

Ia akhirnya membuat kesepakatan hendak bertemu dengan Hertanto di Pasar Setonobetek pada 28 November 2011, namun pada akhirnya ia dihubungi lewat telepon seluler diminta ke Pasar Gringging. Ia berangkat dari rumah sekitar pukul 10.00 WIB dengan mengendarai sepeda motor.

"Saat itu, ia (Hertanto, red) beralasan sedang rapat, jadi saya diminta datang ke Pasar Gringging. Namun, setelah sampai di lokasi, saya kembali ditelepon yang mengabarkan jika ia tidak bisa menjemput dan dirinya akan dijemput oleh anak buahnya," katanya mengungkapkan.

Ia akhirnya bertemu dengan seorang pria yang tidak ia kenal di Pasar Gringging menggunakan sepeda motor. Pria itu mengenakan helm dan jaket, namun ia tidak membuka helmnya saat bertemu dengan dirinya. Ia akhirnya dibonceng dan sepeda motornya dititipkan di tempat penitipan yang ada di sekitar pasar tersebut.

Suami dari Aniul Khotimah (35) ini juga sempat diajak jalan-jalan oleh pria yang diduga Mujianto tersebut dengan alasan menagih utang. Ia juga sempat ditawari makan di warung, namun menolak, hingga akhirnya singgah di warung yang berjualan es buah di wilayah Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

"Saya sempat menolak, namun karena dipaksa akhirnya mau. Es itupun sudah dipesankan. Saat akan memakan, seperti ada biji selasih, namun tidak berbau daun kemangi, dan rasanya tidak enak," katanya.

Ia mengatakan, setelah makan es buah, sekitar pukul 12.30 WIB ia meminta agar diantarkan ke masjid. Sebelum shalat, orang yang mengantarnya itu sempat pamitan mau membeli ayam bakar.

"Dia sempat kembali membawa ayam bakar, namun setelah saya naik kendaraan, kepala saya mulai terasa pusing, hingga akhirnya saya diturunkan di rumah warga," katanya.

Ia mengaku sudah tidak mengetahui lagi setelah ia dturunkan. Kondisinya juga terus lemah dan muntah, hingga ia dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Nganjuk untuk mendapatkan perawatan. Namun, beberapa warga saat itu mengatakan jika dirinya diturunkan di Desa Nglaban, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Keluarga, lanjut pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual jamu racikan ini mengatakan baru datang sekitar pukul 18.00 WIB ke RS Bhayangkara, Nganjuk. Keluarga juga kaget, karena melihat kondisinya yang kritis.

Pria yang saat ini dikaruniai dua anak ini mengaku tidak terima jika dirinya disebut mempunyai gangguan orientasi seksual. Ia mengaku sebelumnya tidak pernah mengenal Mujianto maupun Joko.

Ia juga sangat kesal, karena barang-barang, uang dan surat berharga miliknya hilang. Ia harus mengurus lagi STNK, SIM, dan KTP, padahal uang milik temannya yang rencananya sebagai uang muka pembelian sepeda motor Rp500 ribu dan uangnya miliknya Rp100 ribu ikut hilang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement