REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok membantah rencana boikot partainya memboikot media. Menurutnya, tidak ada keputusan resmi partainya terkait hal itu. Yang terjadi sekarang, kata dia, publik memboikot beberapa media tertentu yang setiap hari memberitakan kejelekan Demokrat.
Menurut Mubarok, saat ini ada sebagian masyarakat muak dengan pemberitaan media tertentu yang cenderung mendiskreditkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dampaknya, masyarakat semakin cerdas bisa membedakan mana berita yang sesuai fakta dan berita yang disusupi kepentingan parpol tertentu. “Media-media yang berafiliasi dengan parpol tertentu itu yang malah diboikot publik. Bukan Demokrat yang memboikot media,” kata Mubarok saat dihubungi, Sabtu (18/2).
Dikatakannya, saat ini dukungan kepada SBY di daerah semakin solid dan meningkat. Mubarok mengklaim berdasarkan survei yang diyakini Demokrat, tingkat kepercayaan publik terhadap SBY meningkat menjadi 61 persen. Ini lantaran masyarakat semakin bersimpati terhadap kinerja pemerintah yang menghasilkan langkah nyata. Namun, di satu sisi malah dijelek-jelekkan terus oleh media tertentu yang beritanya tidak berimbang. “Ada media tertentu yang terlalu mengeksploitasi kekurangan pemerintah, dan publik malah tidak percaya dengan media itu,” tegas Mubarok.
Sebelumnya, Ketua Biro Bidang Hukum dan HAM Partai Demokrat Jemmy Setiawan, mengimbau seluruh kader Demokrat, terutama elitenya, diminta untuk memboikot media massa yang dianggap mengadu domba internal partai dan selalu mendiskreditkan SBY. Dia menuding, ada media yang sama sekali tak pernah memberitakan keberhasilan SBY sebagai kepala pemerintahan. “Bukan sekali atau dua kali Demokrat diadu domba di depan publik oleh media. Kini, saatnya kepada seluruh kader Partai Demokrat untuk melakukan boikot terhadap media yang terindikasi punya tendensi politik dalam menghancurkan Demokrat,” katanya dalam siaran persnya.