REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Apa yang bisa menyatukan Indonesia setelah 2014? Menteri Komunikasi dan Informasi RI Tifatul Sembiring punya jawaban sendiri atas pertanyaan tersebut. Menurutnya, menyatukan Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat.
Dalam pandangan Tifatul, bangsa Indonesia harus dapat melihat apa yang menjadi national security threat (ancaman keamanan nasional) Indonesia hari ini.
Menurut Tifatul, setiap negara memiliki ancaman keamanan nasional masing-masing. Amerika Serikat dulu sibuk dengan kapitalisme. Sekarang mereka beralih pada isu terorisme. Cina, dulu sangat berkonsentrasi dengan sosialismenya. Hari ini, Negeri Tirai Bambu itu lebih fokus terhadap isu krisis energi.
"Begitu juga dengan Rusia, dulunya sibuk membahas nuklir, sekarang mereka menganggap 'economy crime' sebagai ancaman utama mereka." tutur Tifatul saat menjadi keynote speaker dalam Peringatan 8 Tahun Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) di Bandung, Sabtu (4/2).
Pertanyaannya, apa yang menjadi ancaman nasional Indonesia? Tifatul berpendapat, disintegrasi bangsa merupakan ancaman terbesar di negeri ini. Dia pun menyebut Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai salah satu contohnya. Oleh sebab itu, dia menyatakan negara ini butuh kepemimpinan nasional yang kuat.
Namun demikian, membangun kepemimpinan nasional yang kuat menurut Tifatul bukanlah pekerjaan yang mudah. Pasalnya, komunikasi antarelit politik saat ini dinilainya sangat buruk. "Di samping itu, banyak orang yang pintar memecah-belah bangsa ini," imbuh dia.
Karena lebih lanjut dia mengatakan, negara ini juga membutuhkan pembangunan karakter bangsa (national character building). Jaringan komunikasi antarpulau di Indonesia serta peningkatan sumber daya manusia melalui penguasaan iptek pun disebutnya dapat mencegah ancaman disintegrasi bangsa ini ke depan.