REPUBLIKA.CO.ID, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali diguncang isu tak sedap. Kali ini terkait isu "perpecahan" dalam tubuh pimpinan lembaga antikorupsi langsung menjadi "santapan lezat" media massa.
Lagi-lagi disebutkan sebab-musabab dari perpecahan tersebut "menyerempet" hal berbau politis. Kabarnya terjadi selisih pendapat antarpimpinan KPK pada tanggal 23 Januari 2012, saat ingin menetapkan tersangka baru terkait kasus dugaan korupsi yang berhubungan dengan kasus-kasus mantan Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Insiden gebrak meja oleh Ketua KPK Abraham Samad pun menjadi "bumbu" pelengkap terkait dengan isu perpecahan tersebut. Isu yang semakin "panas" karena mendapat komentar dari beberapa anggota DPR ini menempatkan Abraham Samad dengan mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas saling berhadapan.
Isu perpecahan ini telah dibantah oleh Busyro Muqoddas maupun Juru Bicara KPK, Johan Budi. Bahwa isu gebrak meja tanggal 23 Januari lalu "ngawur", karena jelas itu adalah hari besar untuk perayaan Tahun Baru China dan semua staf lembaga antikorupsi tidak berkantor.
Johan menegaskan isu ini hanya menjadi upaya sistematis pihak tertentu untuk memecah-belah pimpinan KPK. Penasehat KPK, Abdullah Hehamahua pun menegaskan isu perpecahan tersebut sangat berlebihan. Perdebatan atau argumen dalam sebuah rapat merupakan hal biasa, namun jika disebutkan sebagai perpecahan hal tersebut berlebihan.
Jika memang hal itu benar, maka ini merupakan ujian pertama bagi Openg, panggilan akrab Abraham Samad. Dan hampir dipastikan siapa pun yang duduk di kursi pimpinan KPK harus bersiap "diganggu" oleh para koruptor.