REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kerawanan pangan sebagai dampak langsung perubahan iklim dan cuaca ekstrem awal tahun ini harus diwaspadai. Sejumlah daerah produsen beras di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera dilanda banjir yang menyebabkan ribuan hektar sawah gagal panen. Sementara itu di sejumlah daerah kepulauan seperti di Nusa Tenggara dan Maluku, lalu lintas antar pulau terhambat akibat gelombang tinggi dan badai. Nelayan juga gagal melaut karena gangguan cuaca yang berbahaya.
“Kondisi tersebut bisa berakibat munculnya kerawanan pangan akibat gangguan pasokan,” ujar anggota Komisi V DPR RI, Yudi Widiana Adia di Jakarta, Kamis (2/2).
Yudi meminta pemerintah mengantisipasi hal itu tersebut agar kerawanan pangan bisa dicegah. Menurut politisi PKS ini, berdasarkan pantauan harga-harga sejumlah kebutuhan pokok di sejumlah daerah terutama perkotaan terus terkerek naik. Hal itu bisa jadi akibat terganggunya pasokan sembako antar daerah. Ia menyontohkan terganggunya penyebarangan di Pelabuhan Merak maupun Bakauheni akibat gelombang tinggi dan badai.
“Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi ekstrim ini akan terjadi hingga akhir Februari 2012. Ini harus secepatnya diantisipasi," tutur Yudi.
Sebelumnya Kepala BMKG, Sri Woro Buadiati Harijono mengatakan, timbulnya cuaca ekstrem yang melanda Indonesia, disebabkan sejumlah faktor. Penyebab utamanya adalah adanya ekspansi vertikal awan, curah hujan meningkat, peluang puting beliung meningkat. Hal itu dikatakan Sri Woro saat Yudi meminta penjelasan mengani kondisi cuaca.
Bahkan, Yudi menambahkan, tiga puting beliung terjadi berturut-turut di Indonesia. “Indonesia memang bukan daerah angin siklon, tapi kita dapat ekornya,” jelas Yudi mengutip keterangan Sri Woro.
Untuk mengamankan pasokan sembako ke pulau-pulau Kecil, Yudi meminta pemerintah bekerjasama dengan TNI AL. Lumpuhnya jalur laut bisa disiasati dengan menggunakan fasilitas TNI yang bisa menerobos "blokade" laut akibat cuaca ekstrim.