REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Batam menjadi pintu keluar keberangkatan tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui Singapura atau Malaysia pascapenghentian sementara pengiriman TKI ke negara-negara Timur Tengah (Timteng).
"Walaupun ada moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Timur Tengah, tetap saja ada yang berangkat secara sembunyi-sembunyi. Rata-rata mereka melalui Kota Batam," kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Jumhur Hidayat, saat inspeksi mendadak di Pelabuhan Internasional Batam Centre, Batam, Ahad (15/1).
Modus yang digunakan, kata dia, calon TKI terlebih dulu menuju ke Batam dengan pesawat dari daerah masing-masing. Biasanya mereka bergerombol saat tiba di Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Setelah sampai Batam mereka naik feri dengan tujuan Johor Malaysia atau Harbourfront Singapura dari Pelabuhan Internasional Batam Centre yang hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari bandara Internasional Hang Nadim.
"Sesampainya di Singapura atau Malaysia baru mereka terbang ke daerah Timur Tengah untuk bekerja. Itu yang menjadikan BNP2TKI kesulitan melacak setiap calon TKI yang hendak berangkat ke Timur Tengah karena mereka terlebih dahulu singgah ke negara kawasan ASEAN yang tidak memerlukan visa," kata dia.
Ia mengatakan, dalam operasi yang dilakukan di negara Timur Tengah beberapa waktu lalu BNP2TKI mendapati puluhan TKI asal Indonesia yang mengaku berangkat lewat Batam. "Kesadaran calon TKI masih rendah, mereka masih mau diiming-imingi oleh calo TKI untuk bekerja di Timur Tengah dengan gaji tinggi walaupun pemerintah sedang melakukan moratorium. Mereka belum sadar risiko tinggi yang dihadapi jika menjadi TKI tanpa dokumen lengkap."
Diakuinya, tak semua tujuan TKI ilegal itu ke Timteng, namun yang mau ke negara-negara itu juga melewati Batam dan daerah lain di Kepulauan Riau. Dalam inspeksi mendadak di pelabuhan itu pada Ahad siang, BNP2TKI tidak menemukan calon TKI yang berangkat dari Batam tanpa dokumen lengkap.