Selasa 27 Dec 2011 19:29 WIB

Dewan Pers: Media Jangan Beritakan Sadisme

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah pasukan Brimob Polda NTB bersiap melakukan pembubaran massa yang melakukan pemblokiran Pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Bima, Kabupaten Bima, NTB, Sabtu (24/12).
Foto: Antara/Rinby
Sejumlah pasukan Brimob Polda NTB bersiap melakukan pembubaran massa yang melakukan pemblokiran Pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Bima, Kabupaten Bima, NTB, Sabtu (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, meminta media tidak memuat gambar sadis terkait dengan kekerasan yang terjadi di Mesuji, Lampung, dan Bima, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini.

Bagir mengaku sangat marah kepada aparatur yang memperlakukan rakyat berlebihan. Tapi, sekali lagi Dewan Pers sangat menyesalkan bentuk siaran yang menggambarkan kesadisan itu. “Hal itu tidak layak disiarkan. Itu bukan misi informasi,” katanya saat jumpa pers di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (27/12).

Dewan Pers, kata Bagir, selalu mengingatkan pers untuk tidak memuat berita yang menggambarkan kesadisan, apalagi disiarkan berulang-ulang di televisi. Pasalnya, berita semacam itu dapat menghilangkan misi berita dan seolah media menjadi instrumen konflik itu sendiri. Karena itu, ke depannya media jangan lagi memberitakan atau menyiarkan berita sadis di setiap peristiwa konflik.

"Kadang-kadang media begitu bersemangat untuk bersimpati kepada masyarakat. Tapi, karena terlalu bersemangat kadang menjadi tidak proporsional, melebihi takaran kode etik dan UU Pers,” ujar mantan ketua Mahkamah Agung tersebut.

Bagir berharap media yang merasa telah memberitakan sadisme dalam tragedi Mesuji dan Bima untuk tidak mengulangi lagi. Media harus membangun tanggungjawab, sebab tidak ada kebebasan tanpa tanggungjawab. “Tanggungjawab itu yang menentukan kualitas dari kehidupan pers kita,” tegasnya.

Menurut dia, akar persoalan kekerasan di Mesuji dan Bima adalah kepemilikan tanah dan penambangan yang harus dilihat oleh media secara mendalam dan konprehensif. Media semestinya tidak hanya mengungkap kekerasan yang terjadi, namun ikut mencarikan solusi atas akar persoalan yang muncul. “Itulah peran media yang sebenarnya,” kata Bagir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement