Senin 12 Dec 2011 10:35 WIB

Pembantaian Rawagede (2): Penduduk Rawagede Harus Dihajar untuk Jadi Pelajaran Desa Lain

Bendera Belanda
Bendera Belanda

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG--Peristiwa Rawagede bagi warga setempat tak mudah dilupakan. Pembantaian rarusan warga oleh pasukan Belanda itu membuat mimpi buruk bagi sisa penduduk di sana. Berikut lanjutan kisah mereka:

Pada 9 Desember 1947 tentara Belanda  memerintahkan semua penduduk laki-laki, termasuk para remaja belasan tahun di kampung itu berdiri berjejer. Kemudian Belanda memberondong mereka dengan senapan. Diperkirakan 431 orang meninggal seketika akibat penembakan tersebut.

Bertahun-tahun kemudian, seorang veteran tentara Belanda yang tidak mau disebutkan namanya dari Desa Wamel, sebuah desa di Provinsi Gerderland, Belanda Timur, mengirim surat kepada korban tragedi Rawagede.

Dia bercerita "Dari arah Rawa Gedeh tentara Belanda ditembaki. Maka diputuskanlah untuk menghajar desa ini untuk dijadikan pelajaran bagi desa-desa lain. Saat malam hari Rawa Gedeh dikepung. Mereka yang mencoba meninggalkan desa, dibunuh tanpa bunyi (diserang, ditekan ke dalam air sampai tenggelam; kepala mereka dihantam dengan popor senjata dan lain-lain)".

Jam setengah enam pagi, kata dia dalam surat itu, ketika mulai siang, desa ditembaki dengan mortir. Pria, wanita dan anak-anak yang mau melarikan diri dinyatakan patut dibunuh: semuanya ditembak mati.

"Setelah desa dibakar, tentara Belanda menduduki wilayah itu. Penduduk desa yang tersisa lalu dikumpulkan, jongkok, dengan tangan melipat di belakang leher. Hanya sedikit yang tersisa. Belanda menganggap Rawa Gedeh telah menerima pelajarannya," kata veteran itu.

"Semua lelaki ditembak mati oleh pasukan yang dinamai Angkatan Darat Kerajaan. Semua perempuan ditembak mati, padahal Belanda negara demokratis. Semua anak ditembak mati," katanya pula.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement