REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat lingkungan, Emmy Hafild, mengatakan kemenangan Taman Nasional Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia alam harus bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
Menurut dia, kemenangan tersebut tidak akan berguna seandainya masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap miskin. Komodo, kata dia, harus berperan bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) masyarakat NTT yang melibatkan tiga komponen yang tak terpisahkan, yakni lingkungan, sosal, dan ekonomi.
"Itulah mengapa saya tidak hanya ingin memperhatikan Komodo saja, namun juga masyarakat NTT yagn merupakan salah satu provinsi termiskin di Indonesia," tutur Emmy yang juga merupakan Ketua Panitia Pemenangan Komodo (P2Komodo) pada seminar "Komodo The Seven Wonders: 'What's Next" di Universitas Paramadina, Rabu (7/12).
Menurut Emmy, seandainya masyarakat NTT sejahtera maka dengan sendirinya Komodo akan lestari. Saat ini, Emmy dan kawan-kawan yang tergabung dalam Perkumpulan Alam Lestari Indonesia (PALI) akan memfokuskan diri pada pengembangan NTT sebagai sentra pariwisata baru. "Kami sudah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT," katanya.
Sepakat dengan Emmy, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Sofyan Wanandi, menyatakan masyarakat NTT harus ikut dilibatkan dalam pengembangan Komodo sebagai sentra pariwisata nantinya. Jika masyarakat tak dilibatkan maka hal tersebut akan memancing keributan yang dampaknya bakal mengurangi kecepatan untuk membangun wilayah tersebut.
Adapun mengenai rencana pembangunan di Pulau Komodo, Sofyan mengatakan para pengusaha akan menunggu terlebih dahulu master plan dari pemerintah. Seandainya rencana pemerintah tidak jelas, maka ia yakin pengusaha juga enggan berkontribusi. "Kami pasti akan melihat dulu. Jika bagus seperti Nusa Dua Bali, kami tentu akan berpartisipasi. Namun jika tidak jelas juga, kami tidak mau masuk," tutur Sofyan.