REPUBLIKA.CO.ID, BATAM - Ada seembilan provinsi di Indonesia yang boros energi untuk industri, kata Team Leader Energy Efficiency in Industrial, Commercial and Public Sector (EINCOPS) Denmark di Indonesia Melany Tedja. Batam adalah salah satunya.
"Padahal dengan menerapkan efesiensi energi perusahaan akan mendapatkan keuntungan lebih," katanya dalam Pekan Efisiensi Energi untuk wilayah Batam yang diadakan Dirjen Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTK) Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), di Novotel Batam, Selasa (6/12).
Menurut Melany, kepedulian perusahaan dan karyawan terhadap perilaku hemat energi harus terus ditumbuhkan agar hemat energi menjadi gaya hidup. "Selain mendapatkan keuntungan lebih, perilaku hemat energi juga turut menyelamatkan bumi dari pemanasan global," ujarnya di hadapan para manajer perusahaan di Batam.
Menurut dia, jika para pengusaha terkendala biaya saat mengganti peralatan produksi ke peralatan yang hemat energi, bisa mengajukan bantuan ke pihak bank. "Bank di Indonesia telah terikat aturan dari Bank Indonesia yang memberikan insentif kemudahan untuk mendukung program kampanye antipemanasan global. Jadi tidak ada alasan bagi pihak bank menolak," ujarnya.
China dan Korea Selatan selamat dari krisis keuangan beberapa waktu lalu karena mereka sudah lama menerapkan efisiensi energi. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Energi Sumber Daya Mineral (Disperindag dan ESDM) Kota Batam Ahmad Hijazi mengatakan tingkat efisiensi energi di kalangan industri di Batam masih minim dan menyedot sebanyak 57,7 persen dari keseluruhan energi.
"Industri di Batam belum efisien terhadap energi. Hal tersebut sangat memprihatinkan karena energi yang digunakan tidak bisa terbarukan (energi fosil)," kata dia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, rasio cadangan minyak dan produksi di Indonesia tinggal untuk 23 tahun, sementara batu bara dan gas kurang dari 100 tahun.
"Indonesia masih termasuk negara yang boros energi," ujarnya. Dengan target pertumbuhan ekonomi tujuh persen per tahun, Batam dituntut mampu menyediakan kebutuhan energi yang cukup tinggi di sektor industri.
"Bukan hanya industri, masyarakat juga diharapkan hemat energi, terutama saat jam padat penggunaan listrik agar energi yang tersedia bisa bertahan lebih lama," kata Hijazi.