Kamis 27 Oct 2011 21:25 WIB

Konflik Papua Ganggu Investasi

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Chairul Akhmad
Ribuan karyawan PT Freeport Indonesia di Kuala Kencana, Timika, Papua,  melakukan mogok kerja, Kamis (16/9).
Foto: Antara/Spedy Paereng
Ribuan karyawan PT Freeport Indonesia di Kuala Kencana, Timika, Papua, melakukan mogok kerja, Kamis (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Persoalan keamanan di Papua yang berlarut-larut dapat memengaruhi iklim usaha di Papua. Untuk itu butuh penyelesaian secara komprehensif, tidak hanya proses konflik namun juga gerakan politiknya.

 

"Yang penting ketegasan kita dan kita punya target untuk menyelesaikannya. Bukan hanya menyelesaikan proses konflik tetapi juga politiknya," ujar Menteri Perindustrian, MS Hidayat, di gedung Sekretariat Negara, Kamis (27/10).

 

Menurut Hidayat, konflik yang terjadi di Papua pasti berpengaruh terhadap iklim usaha di daerah itu. Seperti diketahui investasi terbesar di sana adalah PT  Freeport dengan nilai mencapai miliaran dolar. 

 

Sementara PT Freeport melalui jaringannya pasti akan memberitahukan persoalan ini ke kantor pusatnya sebagai bagian yang tidak bisa ditutup-tutupi.

 

Sebetulnya, konflik di Papua tidak terlepas dari persoalan politik. Kemudian adanya sejumlah konflik bersenjata dan deklarasi kemerdekaan Papua Barat yang sayangnya disikapi negara-negara tertentu seolah itu peristiwa internasional. Padahal Indonesia menganggap itu masalah internal dalam negeri. "Tidak seharusnya internasional ikut campur karena kita akan menyelesaikan," kata Hidayat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement