REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Ketua KPK bidang penindakan Chandra M Hamzah mengaku empat kali bertemu dengan tersangka kasus suap Sesmenpora, M Nazaruddin. Ia mengaku kenal Nazaruddin lewat teman lamanya, Saan Mustopa yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR.
Awal dirinya mengenal Nazaruddin, kata Chandra, lantaran hasrat ingin bernostalgia dengan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Saan Mustofa. Ceritanya, pada suatu waktu di tahun 2008, Saan mengubungi dirinya.
Chandra mengaku, saat itu Saan mengajaknya bertemu. Dan Chandra mengaku, menyanggupinya. "Niatnya ketemu Saan. Lebih kepada pertemuan nostalgia," kata Chandra di kantoranya, Jumat (23/9).
Chandra menjelaskan, Saan adalah teman lamanya saat mereka menjadi aktivis mahasiswa pada 1990-an. Pada waktu itu, Chandra menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dan Saan menjadi Ketua Senat IKIP (UNJ).
Pada awalnya, Chandra berpikir, ia akan menemui Saan seorang diri. Namun, pada saat itu Saan mengajak dua orang temannya. Yaitu, Anas Urbaningrum dan satu orang lainnya yang belakangan ia ketahui bernama M Nazaruddin.
"Kalau Anas saya sudah tahu karena dia orang terkenal, dia itukan dulu anggota KPU. Sedangkan Nazaruddin saya tidak kenal sama sekali," katanya.
Saat itu, ditegaskan Chandra, Nazaruddin dan Saan belum menjadi anggota DPR. Sedangkan Anas, belum menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Ketiganya, kata Chandra, juga tak terdeteksi atau tersangkut masalah hukum di KPK. Dua pertimbangan itulah yang kemudian membuat Chandra tetap berada di lokasi pertemuan saat itu, bercengkerama bersama Saan dan Anas serta Nazar.
Menurut Chandra, saat itu, mereka berempat sama sekali tak membicarakan soal kasus apapun, khususnya kasus yang sedang ditangani KPK. "Hanya cerita-cerita masa lalu," ujar Chandra.
Pertemuan kedua terjadi pada 2009 sebelum Chandra masuk penjara terkait kasus kriminalisasi pimpinan KPK. Pada saat itu, Saan masih menjadi inisiator pertemuan dan ia kembali mengajak Nazaruddin dan Anas Urbaningrum.
Isi pembicaraan lebih serius dibanding pertemuan pertama. Mereka, kata Chandra, memintanya untuk menceritakan soal kasus kriminalisasi dua pimpinan KPK yaitu Bibit S Rianto dan dirinya sendiri.
Masih di tahun yang sama. Chandra dan Nazaruddin kembali melakukan pertemuan. Pertemuan itu dilakukan setelah Chandra keluar dari penjara. Adapun maksud pertemuan adalah masih untuk menceritakan kronologis kasus kriminalisasi itu.
"Setelah keluar penjara, saya kunjungi banyak tokoh. Tidak hanya Partai Demokrat tapi juga tokoh agama dan media," katanya.
Terakhir, pertemuan dilakukan di rumah dan atas inisiatif Nazaruddin satu minggu setelah lebaran 2010. Adapun alasan pertemuan itu karena politisi Partai Demokrat lainnya, Benny K Harman. Adapun isi pembicaraan lebih kepada silahturahmi lebaran dan pembicaraan pemberantasan korupsi. "Itulah pertemuan terakhir saya dengan Nazaruddin," ujar Chandra.
Setelah pertemuan terkahir itu, Nazaruddin beberapa kali menghubungi Chandra. Ia menghubungi lewat layanan BBM dan telepon. Namun, Chandra tidak pernah sekalipun menjawab telepon dan BBM itu. Karena, pada saat itu, Nazaruddin sudah terdeteksi sejumlah kasus korupsi.