REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Empat orang wartawan dipukuli puluhan siswa dari SMA Negeri 6, Bulungan, Jakarta. Pemukulan ini saat para wartawan melakukan aksi damai di depan sekolah yang kerap terlibat tawuran tersebut untuk memprotes pemukulan kameramen Trans 7, Oktaviardi, pada Jumat (17/9).
Korban pemukulan tersebut yaitu fotografer Media Indonesia, Panca; stringer Metro TV, Anton; wartawan Rakyat Merdeka Online, Entong; dan Wahyu dari Elshinta.
Kejadian ini bermula saat wartawan menjalankan aksi demo untuk bertemu dengan pihak sekolah terkait insiden pengeroyokan Oktaviardi. Mereka ingin meminta pertanggungjawaban pihak sekolah terkait insiden itu.
Keributan terjadi saat fotografer Media Indonesia, Panca mengalami tindakan pemukulan saat dia sedang mengambil gambar aksi protes wartawan terhadap pihak sekolah.
Wartawan Rakyat Merdeka Online, Ferardi, yang coba membantu juga ikut terkena pukulan oleh puluhan pelajar yang tidak ingin sekolah mereka diprotes. Wartawan Metro TV, Antonio Jona, juga tak luput dari amukan siswa sekolah itu.
Keributan kembali terjadi saat polisi akan membawa masuk dua siswa yang diduga sebagai pelaku pemukulan. Puluhan siswa kembali menyerang. Aksi saling pukul pun tidak dapat dihindari.
Oktaviardi menjadi korban pemukulan saat berada di wilayah Blok M ketika terjadi tawuran yang melibatkan pelajar SMAN 6, pekan lalu. Melihat insiden tersebut, Oktaviardi lalu mengambil gambar tawuran.
Tak disangka, Oktaviardi terjebak di antara dua kelompok siswa yang bertikai. Tidak lama, Oktaviardi kemudian didatangi oleh beberapa siswa berseragam dan kemudian meminta kaset yang berisi rekaman. Sejumlah siswa melancarkan bogem mentah ke wajah Oktaviardi.
Okta dan kru Trans7 kemudian meminta pertanggungjawaban pihak sekolah. Sebab, para saksi menyebutkan anak-anak yang memukulinya adalah siswa SMA 6. Saat mendatangi sekolah, ia diterima seorang satpam bernama Cecep. Satpam itulah yang menghubungkannya dengan Ibu Rusni, bagian kesiswaan SMA 6, melalui telepon milik Cecep.
Namun, Rusni malah mempertanyakan kebenaran cerita pemukulan itu. Menurutnya, pemukulan itu bisa dilakukan oleh siapa saja, bisa oleh alumni atau oleh siswa dari sekolah lain.
Belum terjadi perundingan, tiba-tiba siswa sekolah tersebut membuat ulah lagi.