REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti LIPI, Dewi Fortuna, mengatakan setidaknya ada tiga hal yang harus dimiliki oleh duta besar. Yakni mampu berkomunikasi efektif, memahami kepentingan nasional, dan paham kondisi sosial politik dan hukum negara yang dituju.
"Para dubes harus memahami prioritas yang dia tuju dan memiliki bayangan atas tanggung jawab yang akan diemban," katanya saat dihubungi, Kamis (25/8).
Menurutnya, dari segi komunikasi para duta besar minimal harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Memang, akan lebih baik jika mereka memiliki kemampuan bahasa negara yang dituju. Tetapi kalau pun tidak, hal itu bisa ditutupi dengan keberadaan staf pendukung yang memadai.
Pengetahuan dubes atas negara sendiri dan negara yang dituju pun harus benar-benar diperhatikan. Sebab mereka menjadi perpanjangan tangan dari dua pemerintah. Artinya, mereka harus bisa menerjemahkan dan membahasakan dengan mudah situasi yang terjadi.
Tetapi, ia memberikan catatan khusus untuk dubes di Timur Tengah terutama Arab Saudi dan Malaysia. Kedua negara ini dinilainya harus ditempati oleh dubes yang benar-benar memahami situasi politik, sosial, dan hukumnya.
Terlebih lagi, dua negara ini memiliki hubungan yang lebih kompleks dibandingkan negara lainnya. Seperti persoalan tenaga kerja yang seringkali dikirim ke dua negara tersebut. "Jangan sampai dubes yang di sana selalu mendapatkan getah dari ujung persoalan," ujarnya.
Artinya, lanjut dia, kebijakan komprehensif untuk kedua negara itu mutlak dilakukkan.
Sementara itu, anggota Komisi II dari Fraksi PAN, Teguh Juwarno mengatakan masih ada 11 calon dubes yang masih harus ditunda pengesahannya. Sebab DPR menilai calon-calon tersebut belum memenuhi harapan. "Beberapa di antaranya terkait penempatan negara yang tidak sesuai dengan kandidat dan juga aspek teknis pendukung suksesnya tugas dubes tersebut," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
