Senin 08 Aug 2011 18:22 WIB

SBY Komentari Krisis Ekonomi AS, Janji Akan Terus Kurangi Ratio Utang

Rep: teguh Firmansyah/ Red: Siwi Tri Puji B
Presiden SBY
Foto: elshinta
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya berbagai bursa saham di berbagai belahan negara menjadi peringatan bagi pemerintah akan munculnya krisis ekonomi baru. Gejolak tersebut tidak terlepas dari krisis utang yang membelit negara Amerika Serikat dan Eropa.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono gejolak ekonomi yang menimpa Amerika Serikat dan negara di kawasan Eropa tidak terlepas dari masalah utang. Besarnya utang yang tidak berimbang itu membuat fundamental ekonomi mereka tidak kokok.

"Terbukti sekuat apa pun ekonomi negara, kalau defisit yang dialami sangat tinggi, rasio utang sangat tinggi, maka ekonomi tidak aman,"ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka rapat kabinet di kantor Presiden, Senin (8/8).

Untuk itu, pemerintah terus memperkuat fundamental ekonomi selain berusaha menurunkan rasio utang dan terus meningkat penerimaan negara, baik melalui pajak atau bukan pajak. Sehingga defiti terus dikurangi dan menuju anggaran yang berimbang.

"Kita lakukan dengan memperbaiki debt to GDP rasio, misalnya tahun lalu kurang 25,5 persen. Sekarang sudah tepat dan kita terus turunkan tahun depan,"

Sebagai informasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mencatat rasio utang per Mei lalu sebesar 25,5 persen atau turun 0,5 persen dari akhir tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement