Selasa 19 Jul 2011 18:01 WIB

Bunga Raflesia Arnoldii Terancam Punah

Raflesia Arnoldi
Raflesia Arnoldi

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU - Peneliti Raflesia Arnoldii dari Universitas Bengkulu, Agus Susatya, mengatakan flora langka itu terancam punah dan semakin sulit ditemui di hutan Bengkulu dan Sumatera. Penyebab utama yakni habitat dan inang tempat tumbuhnya makin sulit didapat.

"Bahkan menurut saya sudah diatas terancam punah, karena tidak bisa diperkirakan berapa populasinya saat ini dan tidak ada yang bisa memprediksi," katanya di Bengkulu, Selasa (19/7).

Kondisi itu dikatakannya saat mengunjungi lokasi penangkaran puspa langka tersebut yang digagas Kelompok Peduli Puspa Langka Tebat Monok Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.

Ia bersama sejumlah wartawan dan anggota Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu (KPPL)--yang dibentuk sejumlah facebookers yang prihatin atas kelestarian raflesia--melakukan ekspedisi ke habitat bunga langka itu di Hutan Lindung Rindu Hati, Kepahiang.

Menurutnya, Raflesia mekar di dalam kawasan hutan semakin sulit ditemui seiring maraknya aksi penebangan liar dan perambahan hutan menjadi perkebunan secara liar.

"Hutan Lindung Rindu Hati ini sebagai salah satu habitat Raflesia semakin rusak akibat perambahan tapi tidak ada tindakan konkrit dari pemerintah untuk mengatasi ini," tambahnya.

Ia mengatakan perambahan liar di kawasan hutan yang menjadi habitat bunga tersebut semakin mengancam kelestariannya.

Perhatian pemerintah khususnya lembaga terkait seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) , ujarnya, masih minim untuk melestarikan puspa langka yang menjadi ikon bahkan simbol Provinsi Bengkulu itu.

Bunga Raflesia, menurutnya, memang tidak mendapat perhatian sebesar fauna langka Harimau Sumatra (Phantera tigris Sumatrae) yang statusnya juga terancam punah.

"Kalau harimau yang mati itu pasti heboh, tapi kalau habitat Raflesia yang terus menyempit itu tidak ada yang respon," tambah penemu Raflesia jenis Bengkuluensis ini. Ia mengatakan dukungan pemerintah terhadap pelestarian dengan mengalokasikan anggaran untuk penelitian flora tersebut juga sangat minim.

Sementara negara Filippina dalam lima tahun terakhir sudah berhasil menemukan lima jenis baru Raflesia dan mengklaim sebagai pusat penyebaran puspa langka itu. Padahal kata dia, dari 25 jenis Raflesia yang ada di dunia, sebanyak 14 jenis berada di Indonesia dan 11 diantaranya berada di Pulau Sumatra.

"Di Bengkulu kami pernah menemukan empat jenis yaitu Raflesia arnoldii, Raflesia hasselti, Raflesia gadutensis dan Raflesia bengkuluensis. enelitian terhadap Raflesia kata dia juga belum mendapat porsi yang layak di kalangan peneliti. Itu terbukti dari jumlah peneliti Raflesia yang bisa dihitung dengan jari.

"Selain saya, ada satu dosen di Universitas Riau dan satu orang lagi dosen di IPB," ujarnya.

Agus mengharapkan kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap keberadaan flora terbesar di dunia itu sehingga tetap lestari di Bumi Raflesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement