Jumat 08 Jul 2011 16:15 WIB

Tedjo: Sebuah Kehormatan Bisa Menggantikan Sultan

Rep: C13/ Red: Djibril Muhammad
Sri Sultan Hamengkubuwono X
Foto: Antara
Sri Sultan Hamengkubuwono X

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tedjo Edhy Purdiyanto mengaku tidak memiliki beban menggantikan posisi Ketua Dewan Pembina Nasional Demokrat (Nasdem) Sultan Hamengkubuwono X. Menurut Tedjo, sosok Sultan memang populer di masyarakat dan memiliki basis massa.

Meski begitu, Nasdem tidak berdiri hanya karena seorang kader. Melainkan kumpulan orang yang mengemban misi memajukan negara melalui program kepedulian masyarakat. "Sebuah kehormatan bisa menggantikan Sultan. Massa melihat Nasdem bukan pada Sultan, tapi organisasinya," jelas Tedjo di kantor pusat Nasdem, Jumat (8/7).

Alasan Sri Sultan Hamengku Buwono X keluar dari organisasi masyarakat tersebut karena berubah menjadi partai politik. "Sejak awal dibentuk tidak ada kesepakatan oraganisasi masyarakat (ormas) Nasional Demokrat (Nasdem) akan menjadi partai politik, karena saat ini ada deklarasi Partai Nasdem maka saya memilih mundur," katanya di Cangkringan, Sleman, Kamis (7/7).

Menurut dia, selain itu alasan pengunduran dirinya adalah karena kesulitan memberi penjelasan kepada pengurus di daerah terkait dengan Partai Nasdem ini. "Di daerah banyak sekali anggota Nasdem ini dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS), saya sulit untuk menjelaskan kepada mereka bagaimana Ormas Nasdem dan Partai Nasdem. Apalagi simbol Partai Nasdem hampir sama dengan Ormas Nasdem dan hanya di balik saja, tulisannya juga sama," katanya.

Ia mengatakan, saat bergabung dengan Nasdem komitmen awalnya adalah membangun ormas tersebut hingga menjadi kekuatan politik tanpa menjadi partai politik. "75 persen pengurus Nasdem itu PNS, tentu mereka tidak bisa menjadi anggota partai," katanya.

Ia mengatakan, dirinya heran kenapa partai tersebut tidak mencari nama dan logo lain yang berbeda. "Karena ketidakjelasan ini maka saya memilih mundur dan tidak akan bergabung dengan partai apapun," katanya menegaskan.

Disinggung mengenai kemungkinan bergabung dengan partai atau ormas lain, Sultan menyatakan belum menentukan pilihan. "Belum tahu kedepannya, yang pasti saya kecewa dengan partai," katanya.

Mengenai tanggapan dari Surya Paloh maupun kelanjutan Nasdem DIY yang dipimpin GKR Pembayun yang merupakan puterinya itu, Sultan menyatakan tidak akan ambil pusing dan mempersilahkan mengambil sikap sendiri-sendiri. "Dengan berbentuk ormas, maka Nasdem akan mengabdi tanpa kepentingan pada kekuasaan, sementara partai berorientasi pada kekekuasaan semata. Kami ingin mengabdi dengan tulus, bukan sekedar politik," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement