Selasa 21 Jun 2011 17:05 WIB

Cadangan Energi Nasional Hanya untuk 23 Hari, Bila Depo Plumpang Diserang, Jakarta Langsung Lumpuh?

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Hiswana Migas mendesak pemerintah serius membuat kebijakan antisipasi krisis energi. Pasalnya cadangan energi Indonesia, katanya, hingga kini hanya bisa bertahan maksimal 23 hari.

Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), Eri Purnomohadi, pada Seminar pembahasan RUU pengganti Undang-Undang No.22 tahun 2011 tentang Migas di Pekanbaru, Selasa (21/6) mengatakan, "Cadangan energi yang kita punya, yang dikelola pemerintah hanya cukup enam hari atau maksimal 23 hari seperti pada saat menjelang Lebaran."

Ia berharap payung hukum dalam UU Migas yang baru nanti dapat mengembalikan kedaulatan energi Indonesia secara nyata, tak hanya di atas kertas. Hingga kini, ia menambahkan, pengelolaan sumber daya alam dan mineral Indonesia terlalu banyak dikuasai negara asing yang mengakibatkan kebutuhan domestik kerap tak tercukupi.

"Produksi gas banyak diekspor ke luar negeri, belum lagi transaksi bisnisnya yang dikuasai Amerika Serikat dimana uang hasil penjualan minyak masuk ke Bank of New York bukan bank milik Indonesia," ujarnya.

Ketimpangan dalam kebijakan energi sebenarnya sudah banyak terlihat dari banyaknya industri di Bekasi, Banten dan Jawa Timur yang mengeluhkan ketersediaan bahan bakar gas untuk industri. Itu pun, imbuhnya, belum termasuk kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN yang sangat kurang dan mengakibatkan tingkat elektrifikasi di daerah penghasil seperti Riau sangat rendah.

Menurut dia, pemerintah harus segera memikirkan program cadangan energi yang bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya. Amandemen terhadap UU Migas dinilainya sangat lamban, padahal Mahkamah Konstitusi telah membatalkan dua pasal dalam peraturan itu sejak tahun 2004.

Kemajuan suatu negara, lanjutnya, juga diperhitungkan dari kedaulatan dan kemampuannya dalam cadangan energi. "bukan hanya dilihat dari tingkat pembangunan dan membuka lapangan pekerjaan saja," ujarnya.

Ia mengatakan, kebijakan cadangan energi sudah diterapkan oleh negara-negara maju yang sebenarnya bukan negara penghasil sumber daya alam. Seperti Jepang, lanjutnya, negara itu memiliki cadangan energi yang bisa bertahan sekitar enam bulan.

Cadangan itu membuat negara "matahari terbit" itu tak terlalu terpukul oleh dampak kerusakan pembangkit nuklir di Fukushima dan tak terlalu berdampak pada harga minyak global. Kebijakan serupa, lanjutnya, juga sudah lama dilakukan Amerika Serikat dengan menyuntikan minyak di dalam perut bumi yang dilapisi oleh kubah kandungan garam.

"Sebaliknya dengan Indonesia, apabila depo Plumpang diserang, maka Jakarta akan segera mandeg," ujar Eri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement