REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Indonesian Police Watch (IPW) menilai serangan teroris di Indonesia saat ini tidak hanya ditujukan pada pemerintah. Tetapi, serangan teroris juga ditujukan pada individu yang dikenal vokal.
Penasehat IPW, Johnson Panjaitan, menyatakan serangan bom buku yang terjadi dalam dua hari terakhir ini menunjukkan serangan teroris kini telah berubah. Serangan tersebut merupakan serangan yang sifatnya individual. Bukan serangan yang sifatnya ditujukan secara kolektif kepada negara atau pemerintah.
“Kalau serangan kepada pemerintah, itu kan ditujukan kepada lambang-lambang negara atau lambang agama seperti rumah ibadah yang notabenenya diakui oleh negara,” ujar Johnson di Jakarta, Kamis (17/3).
Kalau serangan teroris model lama, itu ditujukan kepada negara karena mereka menganggap pemerintah merugikan dan memusuhi kelompok mereka. Namun, serangan secara individu itu lebih dikarenakan mereka adalah orang-orang yang dikenal kritis terhadap kelompok mereka.
Karena itu, Johnson menyimpulkan bahwa serangan kepada Ulil Abshar Abdalla itu bukan karena ia sebagai bagian dari Partai Demokrat. Tidak ada hubungannya serangan itu dengan keberadaanya dalam jajaran pengurus Partai Demokrat.
“Kalau Gories ere itu masih adalah hubungannya. Karena, dia pernah menjabat sebagai Komandan Densus 88 yang dikenal sebagai kesatuan anti teroris,” ujarnya.