REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Kemampuan penguasaan bahasa asing, menjadi kendala utama yang dihadapi oleh tenaga perawat asal Jawa Barat, yang hendak dikirim atau bekerja ke luar negeri. "Kendala utama yang dihadapi oleh para perawat kita ialah faktor penguasaan bahasa asing," kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, usai menghadiri acara Peringatan HUT Persatuan Perawat Nasional, di halaman Gedung Sate di Bandung, Kamis.
Meskipun dari segi kemampuan penguasaan bahasa asing masih kurang, namun, kata Ahmad Heryawan, perawat asal Indonesia, khususnya Jawa Barat, paling diminati oleh Australia. "Di Australia perawat kita paling banyak dan diminati, kenapa karena perawat dari kita itu dikenal paling ramah jika dibandingkan perawat dari negara lainnya," ujar Gubernur.
Ia menuturkan, karena kendala bahasa tersebut, pengiriman tenaga perawat ke Australia menjadi terhambat.
"Ya justru itu, karena kelemahannya di bahasa, maka pengiriman tenaga perawat ke Australia sedikit. Padahal, pekerja fungsional kedua di Australia yang gajinya tinggi ialah perawat," ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat, hingga saat ini jumlah tenaga perawat di Jawa Barat mencapai 30 ribu orang. Setiap tahunnya, lanjut Heryawan, dari 30 institusi/perguruan tinggi dihasilkan sebanyak 500 lulusan tenaga perawat atau dalam satu tahun ada 1.500 tenaga perawat baru di Jawa Barat.
Dikatakannya, selama ini pengiriman tenaga perawat asal Jawa Barat ke luar negeri paling banyak dikirim ke Jepang, Korea dan Hongkong.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat, permintaan dari sejumlah negara terhadap tenaga perawat asal Jabar mencapai 20.000 orang per tahun atau sekitar 20 persen dari total permintaan seluruh Indonesia.
Akan tetapi, permintaan itu belum dapat terpenuhi seluruhnya karena keterbatasan kapasitas pelatihan yang tersedia.