REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI--Material vulkanik longsor terbawa air hujan atau lahar dingin dalam peristiwa erupsi Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta beberapa waktu lalu diperkirakan baru sekitar 35 persen. Demikian diungkap petugas pengamatan Gunung Merapi Pos Jrakah.
"Muntahan material vulkanik Merapi diperkirakan mencapai 100 juta meter kubik, tetapi yang longsor terbawa air hujan baru sekitar 35 persen," kata Petugas Pengamatan Gunung Merapi di Pos Jrakah, Selo, Boyolali, Purwono, Selasa (18/1).
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau warga lereng Merapi tetap waspada. Ancaman banjir lahar dingin masih membayang dan sangat berbahaya di radius 20 kilometer.
Pengamatan visual hingga kini, puncak Merapi sering diselimuti mendung tebal dan sering terjadi turun hujan. Sehingga kemungkinan banjir lahar dapat membahayakan warga sekitar.
Dalam kondisi cuaca cerah, puncak Merapi di bagian barat dan selatan telah mengalami pelongsoran material. Namun, bagian longsor itu diduga masih tertahan di antara bebatuan lereng, sehingga tampak menggantung.
Material vulkanik berupa pasir dan bebatuan yang terbawa air hujan hampir memenuhi seluruh sungai berhulu puncak Merapi. Ia mencontohkan Kali Apu dan Trising bermuara ke Kali Pabelan, tak lagi memiliki jembatan penyeberangan akibt ambruk diterjang lahar. Luncuran lahar dingin telah mencapai sekitar 25 kilometer.
Merapi saat ini masih melakukan aktivitas mulai gempa vulkanik satu hingga tiga kali per hari, multiphase dan guguran, meski skalanya sangat kecil. Gempa vulkanik dan multifase tersebut, menurut dia, masih mampu membentuk kubah lava di puncak. Jika kondisi cuaca cerah pada malam hari, kubah lava terlihat seperti titik api diam. Namun, lanjut dia, aktivitas berpotensi kecil menimbulkan erupsi karena tekanan dari dalam perut gunung sangat kecil.
Belasan Jembatan Ambruk
Sementara menurut Plt Sekretaris Daerah Pemkab Boyolali, Mulyatno, ada sekitar 15 jembatan di wilayah Boyolali yang rusak akibat diterjang banjir lahar dingin belum lama ini. Akibat banjir lahar di Boyolali tersebut, kata dia, sejumlah dusun di lereng Merapi, di Selo terancam terisolir, karena jembatan penghubung ke dusun itu terputus.
Oleh karena itu, Pemkab Boyolali akan melaksanakan pembangunan jembatan darurat di tempat aliran sungai yang berhulu di puncak Merapi Kecamatan Selo, dengan skala prioritas, karena anggaran yang tersedia terbatas.
"Pembangunan jembatan darurat tersebut tidak di seluruh lokasi yang terputus, tetapi hanya di beberapa tempat yang menjadi prioritas karena dananya terbatas," katanya.
Secara teknis pembiayaannya, ungkapnya, diserahkan ke Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Boyolali. Dana BNPB itu, totalnya Rp3 miliar, yang dibagikan untuk logistik, pembangunan pipa air minum, bibit tanaman sayuran, dan jembatan darurat.