REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa erupsi efusif, dimana saat ini status Merapi masih dalam tingkat siaga atau level tiga. Potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa awan panas guguran (APG) dan guguran lava.
Dalam sepekan terakhir, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Merapi mengeluarkan 10 kali APG pada periode pengamatan 26 Januari hingga 1 Februari 2024. Luncuran guguran tersebut mengarah ke barat daya atau hulu Kali Bebeng.
"Luncuran APG dengan jarak luncur maksimal 2.400 meter," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Sabtu (3/2/2024). Merapi juga masih mengeluarkan guguran lava, dimana sepekan ini tercatat sebanyak 143 kali. Arah guguran lava ini ke selatan dan barat daya yang meliputi tiga kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.000 meter, dan 140 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.700 meter.
"Suara guguran terdengar tiga kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil," ucap Agus. Dalam sepekan ini, kegempaan Merapi juga masih tinggi. Teramati bahwa Merapi mengalami 10 kali gempa APG, empat kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 108 kali gempa fase banyak (MP), 871 kali gempa guguran (RF), dan satu kali gempa tektonik (TT). "Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi," ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam sepekan terakhir dilaporkan adanya penambahan aliran lahar dingin di Kali Senowo dan Apu pada 30 Januari 2024. Selain itu juga ada penambahan aliran lahar dingin di Kali Boyong pada 30 Januari, dan di Kali Gendol pada 31 Januari dan 1 Februari 2024.
Penambahan aliran lahar dingin tersebut dikarenakan hujan dengan intensitas yang cukup lebat terjadi di sekitar Merapi dalam sepekan terakhir. Pekan ini, lanjut Agus, juga terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 71 milimeter per jam selama 80 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 30 Januari 2024.