Jumat 02 Feb 2024 12:36 WIB

Terus Luncurkan Awan Panas, Merapi Berstatus Siaga

Masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024). Data pemantauan BPPTKG menunjukkan suplai magma yang masih berlangsung dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai lahar saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024). Data pemantauan BPPTKG menunjukkan suplai magma yang masih berlangsung dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai lahar saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Jumat (2/2/2024), mengeluarkan guguran lava empat kali dengan jarak luncur maksimum 1,2 kilometer.

Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso dalam keterangan di Yogyakarta, Jumat, menjelaskan berdasarkan pengamatan pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, guguran lava itu meluncur ke arah Kali Bebeng. "Teramati empat kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter (1,2 km). Terdengar satu kali suara guguran dengan intensitas sedang dari Pos Babadan," ujar Agus.

Baca Juga

Selama periode pengamatan itu, Gunung Merapi juga mengalami 35 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-27 mili meter selama 22.6-168.1 detik dan empat kali gempa fase banyak dengan amplitudo tiga mili meter selama 6-7,8 detik. Asap kawah bertekanan lemah di atas puncak Gunung Merapi teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 10 meter di atas puncak kawah.

Pada periode pengamatan Kamis (1/2/2024) pukul 00.00-24.00 WIB, Gunung Merapi juga tercatat 15 kali meluncurkan guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.700 meter dan satu kali awan panas guguran ke arah Kali Bebeng sejauh 1,8 km.

Laporan BPPTKG periode 19-15 Januari 2024, morfologi kubah barat daya Gunung Merapi teramati adanya sedikit perubahan akibat aktivitas awan panas guguran dan guguran lava dengan titik panas terukur mencapai 319,7 derajat Celsius, lebih rendah dari suhu pengukuran sebelumnya.

Tampak pula cekungan atau pengurangan material di hulu Sungai Bebeng maupun Sungai Krasak akibat kejadian awan panas. Sedangkan untuk kubah tengah relatif tetap dengan titik panas terukur mencapai 192,4 derajat Celsius, lebih tinggi dari suhu pengukuran sebelumnya.

Berdasarkan analisis foto udara tanggal 10 Januari 2024, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.663.300 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.358.400 meter kubik. Agus menyatakan hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.

Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, BPPTKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement