REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Pembangunan sebanyak 366 rumah atau hunian sementara bagi korban erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten belum rampung dan masih dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jawa Tengah. "Saat ini sedang dalam tahap pembuatan tapak. Sedangkan pembangunan fisik baru akan dikerjakan setelah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memutuskan bentuk hunian sementara seperti apa," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah Jarot Nugroho, di Semarang, Selasa (30/11).
Menurut dia, pembangunan hunian sementara tersebut akan dapat digunakan para pengungsi yang tempat tinggalnya rusak parah akibat erupsi Gunung Merapi pada 9 Desember 2010 atau pada saat masa tanggap darurat tahap II selesai. Ia mengatakan, 366 unit hunian sementara berukuran 4 x 7 meter tersebut dibangun di Desa Banjardowo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, sebanyak 111 rumah dengan luas tanah 5 hektare, di Desa Mudal, Kecamatan Boyolali Kota, sebanyak 88 rumah dengan tanah seluas 1 hektare.
Kemudian, 167 rumah dibangun di Desa Kepurun dan Desa Dompol, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, dengan luas tanah masing-masing 3,5 dan 4 hektare. "Di lokasi yang dibangun hunian sementara tersebut seluruhnya menggunakan tanah bengkok desa dan anggaran pembangunannya sebesar Rp4,7 miliar diperoleh dari BNPB yang saat ini telah cair," ujarnya.
Ia mengatakan, jumlah hunian sementara tersebut sesuai dengan usulan data dari tiga pemerintah kabupaten dan rencananya akan menggunakan bahan baku bambu dengan bagian atap terbuat dari seng.
Selain pembangunan hunian sementara yang menjadi prioritas penanganan korban erupsi Gunung Merapi, kata dia, pihaknya juga berusaha memulihkan kondisi sosial ekonomi para pengungsi dengan cara melakukan program pemberdayaan di beberapa sektor. "Pemberdayaan untuk memulihkan kondisi perekonomian masyarakat setempat tersebut dilakukan pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, serta perindustrian dan perdagangan," katanya.
Ia mengatakan, berdasarkan data terakhir BPBD Jateng jumlah pengungsi merapi hingga saat ini tercatat sekitar 42.600 orang, namun secara umum jumlah tersebut sudah banyak berkurang.
"Yang paling banyak di Kabupaten Magelang, ada 30 ribu lebih, kemudian disusul Kabupaten Klaten masih ada sekitar 8.000 orang, dan Boyolali tinggal seribuan orang," ujar Jarot Nugroho.