REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN--Ratusan pengungsi di Desa Bawukan nekat kembali ke rumah yang berada di Kawasan Rawan Bencana III, Klaten. Petugas yang berada di lokasi pengungsian mengaku kesulitan mengkontrol pengungsi yang mau kembali ke rumahnya.
“Pengungsi kebanyakan tidak melapor kalau mau naik, jadi kita sulit untuk mengontrol, “ ujar Sekretaris Posko pengungsian Bawukan, Sutrisno, di posko pengungsian Bawukan, Jumat (29/10).
Petugas, diakuinya, tidak memberikan larangan kepada pengungsi yang mau kembali ke rumah yang hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi. Hingga saat ini, juga belum ada sistem di pengungsian yang mengharuskan para pengungsi lapor jika mau kembali ke rumah. “Seharusnya memang ada sistem administrasi untuk mengontrol keluar-masuknya warga ke pengungsian,“ ungkapnya.
Sutrisno mengungkapkan, pengungsi yang kembali ke rumah biasanya untuk mencarikan pakan bagi ternak yang ditinggalkan. Pengungsi tidak membawa ternak ke pengungsian sehingga harus kembali ke rumah tiap pagi. Diakuinya, ada juga pengungsi yang kembali ke rumah pada malam hari untuk menjaga harta benda.
Sementara itu, Darso Suwito (60), pengungsi dari Dusun Banjarsari, Desa Balerante mengaku tidak tahu jika akan keluar dari pengungsian harus lapor ke petugas. Selama ini, dia mengungkapkan belum mendapat perintah untuk lapor kepada petugas jika akan keluar dari pengungsian. “Ya langsung keluar saja kalau mau ke rumah. Kadang kalau ada mobil patroli petugas yang mau naik, saya ikut, “ ujarnya.
Darso mengaku terpaksa kembali ke rumah untuk memberi makan ternak. Hal ini lantaran belum ada fasilitas untuk ternak di pengungsian. “Sampai sekarang belum ada tempat dan pakan untuk ternak di pengungsian. Sebenarnya saya ikut saja. Kalau disuruh ungsikan ternak mau, tapi fasilitasnya saja belum ada, “ ujarnya.