REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN----Semburan awan panas dari Gunung Merapi hingga saat ini belum dilaporkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di Klaten. Hanya saja hingga Rabu (27/10) sore, tercatat sekitar 150 pengungsi mendapat perawatan di Puskesmas Kemalang.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Ronny Roekmito, mengatakan pihaknya belum menerima laporan adanya warga di wilayahnya yang meninggal ataupun terluka karena awan panas Gunung Merapi. Diakuinya, sejumlah pengungsi menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Namun, menurutnya, hal itu bukan disebabkan terpapar abu vulkanik secara langsung. “Infeksi karena abu Merapi tidak ada, yang menderita ISPA karena kelelahan sehingga kondisi menurun, jadinya batuk pilek. Tanpa ada abu pun, pengungsi bisa menderita ISPA kalau kelelahan, “ ungkapnya kepada Republika, Rabu (27/10).
Secara umum, ungkapnya, kondisi kesehatan pengungsi masih relatif baik. Penyakit seperti gatal-gatal dan diare yang biasanya diderita warga di lokasi pengungsian belum menggejala. “Kalaupun ada yang sakit, itu karena sejak awal memang sudah sakit atau kelelahan saat evakuasi, “ ujarnya.
Jumlah obat-obatan di tiga lokasi pengungsian yakni Desa Dompol, Keputran, dan Bawukan, ujarnya, juga masih mencukupi. Selain itu, pihaknya juga menyediakan biskuit untuk balita. Setiap harinya disediakan hingga 70 kardus biskuit.
Kepala Puskesmas Kemalang, Rudhy Hendratno menambahkan pihaknya telah merawat 150 pengungsi sejak Selasa (25/10) malam yang semuanya mendapat perawatan jalan. Dari jumlah itu, 14 diantaranya menderita ISPA dan hanya dirawat jalan. “Tadi pagi (27/10), 12 pengungsi memeriksakan diri di puskesmas. Kebanyakan pengungsi mengeluh batuk pilek, “ ungkapnya.