Sabtu 24 Jul 2010 00:06 WIB

Presiden: Perlindungan Anak dari Kekerasan Perlu Tindakan Nyata

Rep: Anissa Mutia/ Red: Endro Yuwanto
Presiden SBY
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kekerasan terhadap anak masih terus berlangsung. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan, perlindungan terhadap anak hanya dapat diatasi dengan tindakan yang nyata.

Presiden SBY menegaskan, ada tiga tanggung jawab yang perlu dilakukan dengan tindakan nyata dalam pidato peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2010, yakni perlindungan, pendidikan, dan kasih ayang kepada anak. Pasalnya, tindakan kejahatan terhadap anak, seperti kekerasan, ekspoitasi, diskriminasi, diterlantarkan, sanksi dari hukum tidak tepat, dan pergaulan sesat masih kerap terjadi.

''Kami perlu melindungi anak dari berbagai tindak kejahatan. Itu bagian child protection dan child security,'' ujar Presiden SBY, Kamis (23/7).

Oleh karena itu, kata SBY, pada pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II, tugas Kementerian Pemberdayaan Perempuan ditambah yakni memberikan Perlindungan anak. Ini dengan harapan bisa lebih efektif dalam memberdayakan peran dan berikan perlindungan kepada anak secara menyeluruh.

SBY menjelaskan, anak-anak berhak mendapatkan pendidikan yang dimulai dari rumah. Itulah sebabnya orangtua punya peran dalam membentuk kepribadian, etika, dan perilaku. ''Di rumah anak dididik untuk membangun kecerdasan intelektual atau intelectual curiousity,'' jelasnya.

Sementara itu, kata SBY, pendidikan di sekolah, tidak hanya berkaitan dengan masalah keilmuan saja, tetapi anak harus dibentuk agar anak miliki mental, fisik, dan kecerdasan yang baik. Di sekolah anak-anak juga diajarkan bersosialisasi terhadap lingkuanga dan masyarakat.

Poin yang ketiga, dan sering dilupakan pendidikan anak di lingkungan masyarakat, kata SBY, adalah kasih sayang terhadap anak. Setelah dapat pendidikan di rumah dan sekolah, anak akan melihat apakah yang telah diajarkan orangtua dan guru sama seperti yang mereka lihat di masyarakat. Kalau begitu berbeda, anak akan bertanya dengan kritis kenapa bisa berbeda, bahkan akan bisa frustasi, masa bodoh, dan menjadi tidak percaya.

''Bisa saja penyimpangan di masyarakat, tapi yang penting adalah gap itu semakin kecil. Pejabat, tokoh masyarakat, dan masyatakat luas harus memberikan perlindungan serta bantuan dengan tindakan nyata,'' tegas SBY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement