REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Modus baru penyelundupan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) kembali ditemukan. Kali ini, penyelundup internasional memanfaatkan kaki palsu dan mainan anak-anak untuk menyimpan satu kilogram shabu.
Penyelundupnya mengalami cacat fisik, kakinya sudah lama diamputasi. Dia kemudian memakai kaki palsu untuk membantunya berjalan, sekaligus menyimpan shabu.
Deputi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Bidang Pemberantasan, Tommy Siagian, mengungkapkan belakangan ini orang cacat pun dimanfaatkan untuk menyelundupkan narkoba. Peran penyandang cacat dinilai berfungsi untuk mengelabuhi masyarakat. “Jadi iba melihatnya,” ungkap Tommy di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (22/6).
Para pelaku menyangka para petugas akan iba, sehingga enggan memeriksa. “Padahal tidak,” ungkap Tommy.
Dirinya menegaskan akan memeriksa seluruh orang yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkotika jenis apapun. “Termasuk para penyandang cacat,” ungkapnya setelah seminar Gerakan Narkoba Haram.
Modus ini dia temukan setelah meringkus seorang penyelundup berkewarganegaraan Iran di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta dua bulan lalu. “Saat ini dia sudah kita amankan,” ungkapnya. Dia tidak menyebutkan identitas pelaku karena lupa.
Selain itu, Tommy mengatakan, mainan anak-anak juga diincar untuk menyelundupkan narkoba. Narkoba jenis shabu diselipkan didalam kotak mainan. Terkadang juga diselipkan dalam celah mobil-mobilan atau dimasukkan dalam jumlah setengah kilogram kedalam tubuh boneka.
Dia mengatakan kebanyakan jaringan penyelundup narkoba berasal dari Iran. Jumlah yang mereka selundupkan beragam, dari mulai 30 hingga 40 kilogram.
Penyelundupan narkoba juga pernah disimpan di dalam alat kemaluan perempuan. Pelaku bernama Suminah itu nekat menyimpan heroin senilai Rp 12 juta dibungkus kondom lalu disimpan didalam alat kelaminnya.
Dengan cara itu, dia berhasil mengelabui petugas Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang. Setelah lolos dari pemeriksaan, Suminah lantas masuk ke toilet LP dan mengeluarkan barang haram itu. upah yang dia terima hanya sebesar Rp 100 ribu.
Dia rela berbuat demikian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. “Selama ini saya tidak memiliki pekerjaan,” jelasnya sambil menundukkan kepala. Suminah mengaku akan tobat dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.
Kawasan Potensial
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Gories Mere, mengatakan penyelundup internasional akan menggunakan berbagai cara untuk menyelundupkan narkotika ke Indonesia. “Penjualan narkoba di Indonesia sangat menggiurkan,” imbuhnya.
Dia mengatakan harga shabu di Indonesia jauh lebih mahal ketimbang di Iran. “Di iran perkilogramnya hanya Rp 100 juta, sedangkan di Indonesia mencapai Rp 2 milyar,” tuturnya.
Dirinya berjanji tidak akan membiarkan orang cacat terlibat dalam penyelundupan narkoba. “Mereka akan kami berikan pengarahan,” ungkapnya. Gories mengatakan saat ini dirinya melibatkan Kongres Wanita Indonesia dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk melakukan itu.
Sejumlah lebih dari 200 penyandang cacat di Indonesia diundang dalam penyuluhan anti narkoba di Hotel Bidakara. Sekitar 2 ribu anggota Kowani juga hadir. Dia mengatakan peran wanita Indonesia dianggap penting karena populasi mereka lebih dari 50 persen dari seluruh warga Indonesia.
Gories juga menghimbau agar wanita tidak terlibat dalam penyelundupan narkoba. Wanita, jelasnya kerap dilibatkan karena diiming-imingi akan dinikahi atau tergiur dengan uang.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amelia Sari Agum Gumelar, mengatakan ini terjadi akibat penyelewengan kesetaraan gender. Pihaknya menghimbau para wanita agar menjauhkan diri dari penyalahgunaan narkoba.