Selasa 01 Jun 2010 04:54 WIB

Suara Hidayatullah Tunggu Kabar Soal Wartawannya dari Pemerintah

Rep: c13/osa/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Keberadaan wartawan Suara Hidayatullah, Surya Fahrizal, yang turut serta dalam rombongan ke Gaza, Palestina masih simpang siur. Pimpinan Redaksi Suara Hidayatullah, Mahladi mengatakan, masih menunggu informasi tentang keberadaan wartawannya tersebut.

"Kami tadi sudah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri terkait dengan informasi keberadaan wartawan kami," ujar Mahladi kepada Republika, Senin (31/5). Hingga saat ini, pihaknya  masih berusaha untuk terus melakukan kontak dengan Surya.

Pemerintah, ujarnya, telah menjanjikan untuk memberikan informasi terkait keberadaan karyawannya tersebut. Meskipun dilengkapi dengan fasilitas internet dan telepon satelit, Surya hingga kini tak bisa dihubungi.

Kontak langsung terakhir dengan Surya, ujar Mahladi, terjadi beberapa saat sebelum serangan terjadi, sekitar pukul 04.00 WIB. "Saat itu dia bilang terjadi serangan dengan suara terputus-putus," terangnya. Seusai kontak terakhir itu, pihaknya hanya bisa mengikuti perkembangan terakhirnya dari berita-berita di media massa dan informasi dari pemerintah.

Akibat penyerangan Israel pada Kapal Mavi Marmara, seperti dilaporkan Al Jazeera, 16 orang tewas. Di kapal itu ada 12 WNI, namun belum ada keterangan resmi bagaimana kondisi terakhir mereka. 

Sebelumnya menurut Mahladi, Surya Fachrizal, alumnus IISIP Jakarta yang telah bergabung bersama Hidayatullah Media lebih dari 7 tahun ini, sempat mengirimkan outline (kerangka) laporan yang rencananya akan ia tulis di sela-sela perjalanan. Beberapa di antara yang ia rencanakan adalah isu-isu yang sengaja di-hembuskan menjelang keberangkatan iring-iringan kapal.

''Banyak peserta yang diisukan akan mundur karena berita rencana penangkapan dan pembajakan yang akan dila-kukan tentara Israel ,'' tulis Surya. Padahal faktanya, relawan yang ingin ikut serta kian bertambah banyak, bahkan sempat ditolak karena kapal bisa kelebihan muatan.

''Sebelum meninggalkan Tanah Air, Surya sempat berpamitan kepada semua rekan-rekannya. Ia mohon doa dan meminta maaf jika selama ini ada kesalahan. Ia juga menya-takan kesadarannya bahwa risiko tertinggi dari misi ini adalah syahid di jalan Allah,'' ungkap Mahladi. ''Namun, katanya, jika Allah masih memberinya waktu untuk terus berjuang, ia akan ikut membantu Palestina lewat penggalangan dana untuk Gaza,'' tambah Mahladi menirukan ucapan Surya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement