REPUBLIKA.CO.ID,KUDUS--Ulah masyarakat memang beraneka ragam. Terkadang, ulah itu begitu aneh sehingga membuat repot orang lain. Begitu pula yang terjadi di Kudus.
PMI setempat dibuat repot oleh permintaan darah yang diajukan individu. Kalau maksudnya untuk transfusi darah karena kepentingan medis, memang tak jadi soal. Tapi, darah yang diberikan pendonor itu malah digunakan untuk kegiatan ritual tertentu yang jauh dari tindakan medis.
Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kudus, Budiono, mengaku berulang kali menolak permintaan darah yang diajukan individu-individu dengan alasan pemanfaatannya yang tidak benar. Darah itu ditenggarainya digunakan untuk kegiatan ritual tertentu. ''Dengan tegas, kami menolak permintaan darah untuk kegiatan tersebut, meskipun dilakukan dengan sejumlah cara,'' ungkapnya di Kudus, Selasa (25/5).
Namun, Budiono tidak menjelaskan lebih lanjut bentuk ritual tersebut. Penolakan permintaan darah itu untuk semua jenis darah. Dia pun tak mau meloloskan permintaan meski itu untuk darah yang rusak karena sudah kadaluarsa atau terinfeksi penyakit. ''Sejak awal kami menerapkan aturan yang ketat dengan hanya menerima permintaan darah dari rumah sakit atau atas rekomendasi dokter yang merawat pasien yang memang membutuhkan darah. Masalahnya, permintaan darah secara individu berpotensi diselewengkan,'' tegasnya.
Karena itu, Budiono dengan ketat mendata setiap kantong darah yang keluar. Dia tak segan menghukum anak buahnya yang menyelewengkan persediaan darah. Sedangkan untuk darah yang rusak, tetap akan dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan incinerator atau alat pembakar limbah medis.