Rabu 15 Jun 2022 17:15 WIB

Masyarakat Diingatkan Tetap Waspada Selama Masa Transisi

Terus terapkan pola hidup bersih dan sehat demi menjaga imun tubuh

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat tetap waspada dan siaga selama dalam masa transisi Pandemi Covid-19. (ilustrasi)
Foto: Satgas Covid-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat tetap waspada dan siaga selama dalam masa transisi Pandemi Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat tetap waspada dan siaga selama dalam masa transisi Pandemi Covid-19. Meskipun kondisi masih terkendali, namun aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang cenderung meningkat, dapat pula meningkatkan potensi penularan.

Data dari Google Mobility per 10 Juni lalu, selama 5 minggu terakhir menunjukan peningkatan mobilitas di berbagai fasilitas publik. Memang, peningkatan aktivitas masyarakat ini merupakan kabar baik demi meningkatkan pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19.

Baca Juga

Namun perlu diperhatikan dalam beraktivitas, agar terus menerapkan prokes, khususnya disiplin memakai masker. Terutama di tempat-tempat yang padat dan terus terapkan pola hidup bersih dan sehat demi menjaga imun tubuh selalu dalam kondisi terbaik.

"Tidak henti-hentinya saya mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan siaga di setiap aktivitas dikarenakan kita masih dalam situasi Pandemi," pesan Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 secara virtual, Selasa (14/6/2022) yang disiarkan YouTube kanal resmi Sekretariat Presiden.

 

Wiku menerangkan, kenaikan kasus di Indonesia saat ini lebih rendah dibandingkan kenaikan beberapa negara tetangga. Data per 11 Juni lalu, kasus harian di Indonesia ada 574 kasus. Sedangkan di Malaysia 1.709 kasus, Thailand 2.474 kasus, Singapura 3.128 kasus, India 8.582 kasus, bahkan di Australia sebesar 16.393 kasus.

Melihat perbandingan ini, jumlah kasus harian di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan rendah. Hal ini tentunya dilihat dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dibandingkan dengan negara lainnya. Namun, kenaikan saat ini harus ditekan semaksimal mungkin.

Ada beberapa potensi kenaikan kasus yang dapat diidentifikasi. Seperti mobilitas penduduk yang terus naik jika dibandingkan sepanjang tahun 2021. Juga, seiring melandainya kasus, berpotensi meningkatkan interaksi antar masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya.

Lalu, kembali normalnya aktivitas masyarakat di tempat-tempat publik, serta kegiatan-kegiatan berskala besar yang dihadiri banyak orang, berpotensi meningkatkan interaksi antar masyarakat sehingga meningkatkan potensi penularan. Penyebab lain, melandainya kasus mempengaruhi kedisiplinan protokol kesehatan masyarakat. Seperti di tempat-tempat umum dan di lingkungan pemukiman yang tidak lagi sedisiplin saat kasus meningkat.

Disamping itu, mutasi virus dengan varian baru BA.4 dan BA.5 sudah masuk Indonesia. Varian ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022, dan kini 8 kasus telah teridentifikasi. Dari karakteristiknya, secara epidemiologi, varian BA.4 teridentifikasi di 61 negara melalui 7.524 sekuens yang telah dilaporkan melalui GISAID. Sekuens terbanyak teridentifikasi di Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark dan israel.

Sedangkan varian BA.5 teridentifikasi di 65 negara melalui 10.442 sekuens yang telah dilaporkan melalui GISAID. Sekuens paling banyak teridentifikasi di Amerika Serikat, Portugal, Jerman, Britania Raya dan Afrika Selatan. Transmisibilitas dari varian ini memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat, tanpa indikasi menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian Omicron lainnya.

Kemudian, ditengah aktivitas masyarakat yang meningkat dan semakin banyaknya kegiatan berskala besar di indonesia. Maka pemerintah kedepannya akan mengatur kegiatan-kegiatan berskala besar agar dapat berjalan dengan lancar, aman dan kondusif.

Untuk itu, terlepas dari apapun penyebab kenaikan kasus saat ini, pentingnya kembali bergotong royong oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk menekan kasus positif, mulai dari tingkat nasional hingga daerah. Salah satu cara termurah dan termudah adalah dengan kembali menerapkan disiplin protokol kesehatan.

Sehingga, dengan disiplin protokol kesehatan tidak akan menyebabkan kenaikan kasus, meskipun terjadi mobilitas tinggi dan kembali normalnya aktivitas masyarakat. Hal ini hanya dapat dicapai apabila setiap orang bertanggung jawab disiplin protokol kesehatan dengan baik dan benar. Termasuk penggunaan masker wajib bagi semua orang dan rajin mencuci tangan.

"Prinsip kewaspadaan dan kehati-hatian harus tetap diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena pandemi ini belum selesai. Sewaktu-waktu kita tetap dapat mengalami kenaikan kasus kembali apabila tidak disiplin protokol kesehatan," pungkas Wiku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement