REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Turki mengatakan, sebuah pesawat tanpa awak (UAV) tak dikenal yang mendekati wilayah udara Turki di atas Laut Hitam. Drone itu pun terdeteksi dan dilacak di bawah prosedur keamanan rutin.
Setelah diselidiki, jejak udara tersebut milik drone yang kehilangan kendali. Untuk memastikan keamanan wilayah udara, jet tempur F-16 pun dikerahkan.
Jet F-16 yang digunakan untuk operasi NATO itu pun menembak jatuh drone misterius. Drone dijatuhkan di area aman jauh dari zona perumahan untuk mencegah risiko apa pun, tambah pernyataan Kemenhan.
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Hitam, di mana Turki telah memperingatkan agar perang di Ukraina tidak meluas ke navigasi komersial dan perdagangan regional. Ankara baru-baru ini mengusulkan pengaturan keamanan terbatas untuk melindungi pelayaran dan infrastruktur energi.
Hal itu mengingat kesepakatan gandum tahun 2022 yang ditengahi PBB dan Turki yang memastikan jalur aman bagi kapal, meskipun terjadi konflik dua negara. Kini, peperangan antara Rusia dan Ukraina intensitasnya terus meningkat.
"Jika gencatan senjata dan perjanjian perdamaian yang komprehensif tidak dapat dicapai, kami menyerukan perjanjian terbatas di dua bidang: menahan diri dari serangan terhadap infrastruktur energi dan memastikan keselamatan navigasi komersial di Laut Hitam," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Hakan Fidan pada hari Sabtu.
Fidan menambahkan, kesepakatan gandum sebelumnya telah menunjukkan pengaturan semacam itu dapat diterapkan. Perjanjian itu melindungi tidak hanya kapal pengangkut gandum, tetapi semua kapal dari sasaran perang.
"Untuk periode yang signifikan, perdagangan di Laut Hitam berlanjut tanpa gangguan meskipun terjadi perang. Sekarang ada kebutuhan baru untuk pengaturan serupa," ucap Fidan.